Yasmin menoleh. Bram, pria itu berdiri di sana, menawarkan bantuan untuknya. Pada saat genting seperti ini, tidak disangka pria tersebut hadir dan menjadi penolong. “Pak Bram?” Pria itu mengangguk, menampilkan senyumnya yang tipis. Ia lekas maju, meneliti beberapa mesin mobil Yasmin. Dari samping, Yasmin dapat melihat bagaimana tampannya wajah Bram. Tapi, sesaat kemudian, ia langsung bergidik. Tidak pantas rasanya mengagumi pria lain, sementara dirinya berstatus sebagai istri. Yasmin segera memalingkan wajah dari perhatian wajah maskulin itu. Ia menyibukkan matanya untuk menatap tangan Bram yang sibuk mengatasi kerusakan mobilnya. Barang kali, Yasmin bisa belajar sedikit. “Coba dihidupkan mobilnya, Bu.” Yasmin segera menuruti perintah setelah tubuh pria tersebut tidak lagi setengah