Hanya dengan mendengar suara itu saja, ketenangan Yasmin terusik. Gejolak emosi mulai naik. Yasmin menoleh, di ambang pintu sudah berdiri sosok Hanny yang berpakaian sedikit terbuka. Rok atas lutut dengan atasan knit ketat, juga heals tinggi yang menampilkan kaki jenjang berkulit bersih. Satu sisi rambutnya diselipkan ke belakang telinga. Make up tipis dan gincu merah menambah pesona Bidan Desa tersebut. Dengan langkahnya yang anggun dan gemulai, perempuan itu maju untuk menghampiri Hans juga Yasmin. “Hai, Mbak. Tumben banget ke sini. Takut suami Mbak aku goda lagi, ya?” Hanny, perempuan itu menyapa dengan gaya centilnya. Ia terlihat manis dengan lesung pipi yang tampak jelas ketika bibirnya menarik senyuman. “Hai, Kak Hans. Senyum dikit, dong. Masa jutek mulu.” Jari telunju

