Senja merapatkan handuk yang membalut tubuhnya. Ia menunduk seraya melangkah mundur. Terlebih lagi melihat Elang yang kini beranjak mendekat. “Kak ....” Senja menelan ludah kasar. Rasanya ia gugup setengah mati. Bahu perempuan itu naik-turun dengan ritme yang lebih cepat. Langkahnya perlahan terus mundur. Sampai akhirnya kakinya menyentuh duffle bag. Sementara Elang pun terus maju. Ia menatap Senja yang tanpa sadar sudah mengembalikan penglihatannya. Perempuan itu tidak lagi menutup matanya—hanya sedikit menunduk. “K-kak Elang ... minta apa?” Senja akhirnya memberanikan diri bertanya, persetan wajahnya kini yang membias merah. Dan, itu adalah pertanyaan paling bodoh yang pernah Senja lontarkan. Ia bahkan merutuki diri sendiri karena dengan polosnya bertanya demikian. Elang meng

