“Cieee ... yang langsung kepo.” Bening tidak henti-hentinya menggoda Senja yang sudah kepalang salah tingkah. Pipi perempuan itu makin merah merona dan panas. Ia bahkan harus memalingkan wajah karena Bening terus saja mengamatinya seolah membaca setiap reaksi kecil di wajahnya. “Kalo salah tingkah begini, nih, biasanya emang ada apa-apanya.” Alih-alih berhenti, Bening malah makin menjadi. Nada suaranya penuh kenakalan, dan tatapannya tak lepas dari Senja yang makin tak nyaman. Senja hanya bisa terdiam beberapa detik. Napasnya ia tarik dan buang berulang kali, mencoba menormalkan diri sendiri sebelum bicara. “Rumor apaan? Kamu kalo nggak ada seriusnya sama sekali, mending pergi, deh.” Nada Senja sudah jelas jengkel. “Begini, Nyonya Elang.” Bening tiba-tiba merendahkan suaranya, pura

