“Maksud Bang Elang, Mrs. Erika sengaja bikin Bia celaka?” Tidak ada jawaban. Elang hanya sibuk mengendalikan kursi kemudi. Sikapnya tenang, tapi pikirannya berisik. Saka yang merasa penasaran pun kembali melayangkan satu pertanyaan. “Memang Bang Elang ada bukti kalau Mrs. Erika melakukan itu?” “Nggak.” Elang menjawabnya ringkas. Adiknya itu hanya mendengkus kesal. “Jangan asal nuduh, Bang. Bisa aja karena memang musibah.” Tidak ada tanggapan. Elang berbelok, masuk ke area rumah sakit dan memarkirkan mobilnya di basemen. Dua lelaki berbeda usia itu turun sambil membawa koper dan makanan. Mereka masuk ke dalam lift. Memencet tombol angka empat, sebagai lantai tujuannya saat ini. Hanya butuh beberapa detik, pintu lift itu bergeser—terbuka. Elang melangkah lebih dulu, diikuti oleh

