Di tengah perdebatan itu, ketukan pintu terdengar sopan. Yasmin menoleh, sedangkan Hans menyahuti. Suara pria itu terdengar lembut, tapi tegas. Jeda beberapa detik, Elang masuk. Ia berjalan, mendekat ke arah orang tuanya. "Pa, Bia." Hans mengalihkan atensi dari laptopnya. Ia menaikkan pandangan, mematri tatapannya pada sang putra. "Ada apa, Elang?" "Ada yang mau Elang bicarakan sama Papa." Dahi Hans mengernyit, bingung. Tapi, ia bisa menebak apa yang dipikirkan Elang, putranya. Jika Elang sudah berbicara dengan nada seserius ini, Hans bisa menebak ada hal penting yang bersifat privasi. Hans menganggukkan kepala. Ia singkirkan layar laptop itu lalu turun dari tempat tidur. "Bia nggak boleh tau, Lang?" Suara Yasmin menginterupsi. Elang memberikan senyum tipisnya ke arah Yasmi

