Bab 152

5000 Kata

Di sisi lain, di dalam kamar Ranti, Byakta sibuk menenangkan wanita yang masih menangis. Riasan natural sang mama sedikit rusak dan membuatnya harus memanggil MUA untuk membenahinya. “Ma, sudah, dong. Jangan nangis terus. Aku tahu ini berat, tapi bukan cuma Mama yang sedih. Aku dan Bang Bian juga sama. Tapi, kami nggak bisa melakukan apa-apa. Papa nggak bisa dibantah sama sekali.” “Bilang ke Papa, Mama nggak mau turun! Mama nggak mau menemui tamu dan lihat acara itu! Pokoknya nggak!” Byakta hanya berdecap. Ia bisa memaklumi kesedihan mamanya, tapi tidak punya cara untuk menghalangi acara yang sebentar lagi berlangsung. “Please, Ma. Sebentar saja. Nanti apa kata relasi Papa kalau Mama nggak ada di bawah.” “Mama nggak peduli, Akta! Kalau kamu tetap mau turun, silakan! Tapi jangan paks

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN