Bab 153

2117 Kata

Semua mengalihkan atensinya terhadap Mba Ina yang menghampiri mereka ke ballroom dengan tergopoh-gopoh. Wajah wanita itu panik dan ketakutan. Bahkan, tangannya gemetar. Kepalanya menunduk, tidak berani menatap mata dari tuannya. “Ada apa, Mba Ina? Kenapa ketakutan seperti itu?” Mba Ina tidak berani menjawab. Napasnya memburu. Bahkan, kondisi Davina yang sudah menjadi korban kekejaman Hans dan Hanggara tidak lagi dipedulikan. “Bicara saja, Mba. Ada apa?” Byakta mulai angkat suara di tengah rasa penasarannya. “Tuan, Nyonya, maaf ... saya lalai.” Mba Ina mulai angkat bicara. Perlahan, ia beranikan diri untuk menatap wajah tuannya yang bertaut dingin. “Non Kania ... Non Kania hilang.” “Apa?!” Reaksi terkejut itu hanya terlihat dari sosok Hans juga Davina. Pria itu merasa marah

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN