Di lain sisi, Yasmin telah sampai di sekolah. Sebelum turun, ia bermaksud untuk menyampaikan sesuatu pada Biantara. “Mas Bian, Yasmin boleh minta tolong, nggak?” Pria tersebut menoleh. Tatapan itu sama persis dengan tatapan papa dan kakaknya. “Apa, Yas?” Yasmin menautkan jari-jemarinya, lalu saling meremas satu sama lain. Matanya bergerak gelisah saat tidak tahu harus memulai bicara dari mana. “Nanti Yasmin mau pulang ke rumah sebentar.” Kedua alis tebal Biantara menukik. Jarinya mengetuk stir. Ia tatap sosok Yasmin yang sedang menunduk. “Untuk?” Kepala Yasmin terangkat mendapati pertanyaan singkat tersebut. Ia menggigit bibir bawahnya yang tertutup cadar. “Untuk ... bicara sama Mbak Vina. Dia lagi hamil, Mas. Kasihan.” Biantara terdiam. Ia berpikir dalam waktu cukup lama