Kania terjerembap. Ia sudah bisa membayangkan setega apa ketika Hans memberinya hukuman. Pria itu pasti tidak tanggung-tanggung membuat fisiknya terluka. “Saya pergi dulu.” Biantara menepuk pundak kakaknya lalu melirik singkat ke arah Kania. Hans mengangguk kecil. “Oke. Thanks, Bian.” Suasana sempat hening. Keduanya menatap kepergian mobil Biantara. Setelah mobil hitam itu hilang di balik gerbang, tanpa pikir panjang Hans pun langsung mencekal pergelangan tangan Kania, menyeret gadis SMA itu masuk dengan begitu kasar. “Habislah kamu sekarang, Kania! Kamu selalu membuat saya malu! Terkutuklah hidup saya karena membesarkan kamu!” Seruan Hans membuat hati Kania hancur. Gadis itu menangis tanpa suara. Satu tangannya meremas d.a.da, menahan sakitnya mati-matian. Hans melepas cengkerama

