“Vin, aku cuma sebentar ke sana.” “Tapi, Mas, aku takut ....” Satu tangan Hans mengusap punggung Davina, sementara tangannya yang lain meraba nakas untuk meraih ponsel. “Bentar aja, Vin. Kamu tunggu di sini.” “Mas!” Hans tidak lagi memedulikan teriakan Davina. Ia langsung melangkah keluar dari kamar dan masuk ke mushala kecil. Gelap. Suasananya benar-benar gelap. Hans menyalakan senter pada ponselnya dan menyinari sudut ruang itu. “Yasmin?” Ia memanggil sang istri, tetapi tidak ada sahutan. Sampai pada akhirnya, cahaya ponselnya menyoroti bagian pojok belakang pintu. Di sana Yasmin duduk dengan tubuh gemetar. Wajahnya bersembunyi di lipatan kedua pahanya. Hans menghampiri dan menarik tangan wanita tersebut hingga posisinya berubah menjadi berdiri. Yasmin masuk dalam dekapan tub