“Yas nggak tahu, Bude. Pisau itu terus-menerus melukai Yasmin, Bude. Tapi, Yasmin yang harus minta maaf karena darah Yasmin kena ke bajunya.” Bude Sulis langsung bangkit dari duduknya. Ia mendekap tubuh sang keponakan. “Yang sabar, Nduk. Setiap rumah tangga memang ada ujian. Sabar sedikit lagi. Nanti biar Bude yang telepon Pak Hanggara dan Bu Ranti.” Yasmin mendongak, menaruh tatapannya pada sang bude. Ia menggeleng. “Jangan, Bude. Yas pengen Papa dan Mama tahu sendiri, tanpa Bude lapor apa pun tentang hubungan Yas dan Mas Hans.” Bude Sulis menimang ucapan Yasmin. Ia tetap mempertahankan pelukan hangatnya. “Tapi, kamu nggak bisa terus-terusan di sini tanpa kepastian Hans, Yasmin. Mau gimana pun, kamu dan Hans itu suami-istri.” “Yas tahu, Bude, tapi seenggaknya kasih waktu buat Yas m