“Nggak usah, Mas. Nanti minum obat juga mendingan, kok.” “Kamu yakin?” Yasmin mengangguk mantap. Ia berusaha memberi tanda bahwa dirinya memang dalam keadaan yang tidak perlu terlalu dikhawatirkan. “Kepala kamu masih pusing, Mas?” Wanita tersebut memperhatikan kondisi Hans yang masih memijit pelipisnya. “Nggak cuma pusing, Yas. Tapi, sakit.” Pria tersebut sesekali memejamkan mata di tengah kegiatannya memijit kepalanya sendiri. “Ke kamar aku gimana, Mas? Aku pijitin kepalanya. Ada minyak aroma terapi di sana. Siapa tahu, nanti sakit kepala kamu reda.” Hans tertegun sejenak. Jika diperhatikan, istri pertamanya itu seperti selalu peka dengan kondisinya. Perhatian kecil tersebut yang justru membuat Hans perlahan tumbuh rasa nyaman dan mungkin ... sayang. Entahlah. “Tapi, kamu juga