“Kamu? Untuk apa ke sini?” Hanny menaruh kotak makanan itu di meja Hans, senyumnya manis sekaligus penuh percaya diri. “Aku bawain makanan. Coba, ya, Kak. Aku lagi coba resep baru buat katering. Siapa tahu cocok di lidah orang kota.” Hans menatap sebentar, lalu menghela napas pelan. Ia menutup buku nota yang sedari tadi ia periksa. “Hanny, kamu nggak usah repot-repot. Saya sibuk, banyak kerjaan.” “Sekali-sekali nggak apa-apa, Kak. Aku senang bisa bawain langsung buat Kak Hans.” Suara Hanny lirih, tapi jelas menunjukkan maksud yang lebih. Ia bahkan menarik kursi di depan meja Hans, lalu duduk tanpa dipersilakan. Hans berdeham. Ia menahan diri, tetap menjaga sikap. “Terima kasih. Nanti saya coba.” “Sekarang aja, Kak.” Tatapan Hanny begitu dalam, seperti ingin memastikan Hans mencicip

