Hans tidak langsung menjawab. Rahangnya mengeras. Ia menahan napas cukup lama sebelum perlahan mengembuskannya, mencoba menekan nada suaranya agar tetap stabil meski dadanya terasa sesak. “Kita bicara di rumah saja, ya?” ucapnya datar, menatap lurus ke jalan yang padat di depan. “Ya,” jawab Yasmin dengan nada dingin, tanpa sedikit pun menoleh. “Biar Tama ikut dengar juga kalau perlu.” Ucapan itu menusuk. Hans melirik cepat ke arah istrinya, kaget sekaligus terkejut mendengar sarkasme yang keluar dari perempuan yang biasanya tenang itu. Namun, ia memilih diam. Tidak ingin memancing api yang sudah mulai membara. Mobil terus melaju di antara padatnya lalu lintas sore. Suara klakson dari kendaraan lain saling bersahutan, tapi bagi Hans dan Yasmin, dunia di dalam mobil itu terasa jauh lebih

