"Apa harus tongkat kayu itu yang membantumu menjawab, Kania?!" Sontak ucapan itu mendapat senggolan ringan dari Yasmin. Ia memberi kode agar Hans menahan emosinya lebih dulu. "Jujur, Sayang. Kamu ini ada masalah apa di sekolah?" "Kania cuma ... Kania lelah, Bia. Kania nggak sanggup sama tuntutan yang Papa buat." Suara lirih itu terdengar sebagai jawaban. Gadis tersebut mau tidak mau harus mengakui jika ia memang keberatan dengan standar yang dibuat oleh Hans. "Kalau capek nggak usah sekolah sekalian! Apa gunanya hidup kalau belajar aja capek?! Nggak punya otak kamu!" Ucapan Hans sontak membuat Kania gugup. Ia hanya bisa menunduk, menyembunyikan raut kesedihan di wajahnya. "Tapi, nilai kamu turun drastis di beberapa mapel, lho. Nggak mungkin kalo cuma masalah capek." Yasmin

