“Bicara saja kalau kamu cemburu.” Tudingan itu membuat Yasmin merasa terpojok. Ia menyembunyikan tangannya yang sedari tadi bergetar. “Nggak. Buat apa cemburu? Percuma, 'kan?” Nada bicara Yasmin berusaha setenang mungkin. Akan tetapi, sepandai-pandainya wanita tersebut menyembunyikan perasaan, Hans tidak semudah itu untuk dibodohi. “Well, apa pun itu, saya tidak peduli. Kamu harusnya tahu posisi.” “Tanpa kamu ingatkan pun, aku tahu, Mas.” Percakapan keduanya selesai, menyisakan keheningan yang menegangkan. Deru mesin mobil terdengar. Perjalanan kembali dimulai. Namun, kali ini Yasmin tidak nyaman sama sekali. “Tadi Mama telepon. Katanya ... Mama mau bicara sama kamu nanti malam.” “Hm, nanti aku telepon balik.” Yasmin mengangguk. Ia meneguk air mineralnya sedikit untuk menetralka