Semua tatapan kini tertuju pada gadis kecil di ruang tamu itu. Maura terlihat menatap Kania penuh iba. Di dahinya tampak benjolan yang mulai membiru keunguan. Yasmin kembali terperanjat melihatnya. Napasnya tertahan, wajahnya langsung berubah cemas. Ia lekas mendekat, tanpa pikir panjang berlutut di hadapan Maura. Gerakannya cepat tapi penuh kelembutan, seperti insting seorang ibu yang langsung tersulut begitu melihat anaknya terluka. “Ya Allah, Nak? Kamu habis ngapain, Sayang?” Yasmin memberondong Maura dengan pertanyaan. Suaranya terdengar panik, terburu—dan pecah oleh kekhawatiran. Telunjuk Yasmin menyentuh benjolan di dahi Maura pelan. Tidak ayal, ringisan kecil terdengar dari bibir tipis Maura, bahunya terangkat sedikit menahan rasa sakit. “Aduh… sakit, Bia.” Maura berusaha me

