“Maksud Om apa?” Biantara hanya menyeringai. Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sesampainya di rumah Hans dan Yasmin .... Hujan tadi pagi masih menyisakan gerimis, tetapi keadaan tersebut tidak menyurutkan niat Biantara untuk menyeret gadis berpakaian seragam sekolah menengah atas itu. “Om, sakit!” “Lebih sakit hati keluargamu kalau tahu kamu begini, Kania!” Biantara tetap menyeret Kania paksa. Ia bahkan mengabaikan hujan yang membasahi keduanya. Pria itu mengetuk pintu cokelat itu kasar, tidak sabar. Beberapa kali bel rumah juga ditekan cepat. “Bang! Buka!” Biantara berseru. Suaranya tenggelam di antara rintik hujan dan gemuruh yang menggelegar. Di belakangnya, Kania menangis terisak. Bentukan gadis itu sudah tidak karuan. Seragam putihnya basah. Pun sepatu dan

