"Maura." Nada bicara Elang pelan, tapi tidak meninggalkan kesan tegasnya ketika berusaha memberi peringatan kepada adik bungsunya melalui tatapan. Tatapan itu tajam, tapi terkontrol. Elang meletakkan gelasnya dengan pelan. Sadar jika adiknya itu sudah memberi respons dengan wajahnya yang mendadak takut, ia mengalihkan pandangan. “Maaf, Bang.” Maura menunduk. Di antara keempat kakaknya, ia paling segan dengan Elang. “Lain kali bicara yang sopan sama Bia.” Saka mengimbuhi, turut memberi nasihat tanpa bermaksud melukai. Peringatan sederhana dari Elang sukses menggeser sifat keras kepala Maura menjadi sosok yang patuh dan mengalah. Tapi, Elang tahu. Melalui cara gadis SD itu memandang, ada rasa tidak rela ketika harus mengalah dan berusaha mendengar masukan itu. “Sudah, nggak apa-a

