20

1143 Kata

"Kopinya!" Kuletakkan cangkir berisi kopi di tengah meja. Mas Pram menjulurkan tangan meraih ransel kemudian memasukkan buku-bukunya. "Kenapa wajahmu jutek begitu?" Ia memandangku dengan wajah heran. Lalu menghela napas panjang. "Apa aku salah melakukannya?" Aku menanggapi pertanyaannya dengan menyentak napas kuat, jelas saja salah. Entah bodoh atau memang tak peka atau memang sedang pura-pura tak mengerti bahwa dia salah, memaksaku melayaninya. Sungguh menjijikkan. Aku bergidik teringat kejadian tadi. Mas Pram meraih kopi di meja dan menyeruputnya pelan. Sementara aku langsung merebah, menarik selimut lalu mencoba memejamkan mata dengan d**a bergemuruh kesal. Perbuatan Mas Pram tadi masih membuatku begitu jijik. Jantungku mengentak kuat saat merasakan ciuman lembut di keningku, sementa

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN