“Naya?” Bulik Laila berdiri di perbatasan ruang tamu dan ruang tengah. “Iya, Bulik. Apa kabar?” Aku berdiri, tersenyum canggung. “Baik, baik.” Bulik ikut duduk di salah satu kursi kosong. Aku kembali ke kursiku. “Ya ampun, Nay. Lama sekali kamu nggak pulang, sekarang udah sebesar ini.” Bulik menatapku berkaca-kaca. Aku tersenyum. Reaksi basa-basi biasa. “Thalia…” Bulik Laila berteriak. “Sini, Nduk.” Thalia muncul dari balik gorden pembatas ruang tamu. “Kenapa, Bu?” “Sini duduk. Ada Kak Naya kok malah di dalam? Sudah lama ‘kan nggak ketemu Kak Naya?” Thalia bergerak canggung. Duduk di sebelah ibunya. Tersenyum ke arahku. “Sekolah di mana sekarang, Thalia?” Aku bertanya basa-basi. “Di SMA dekat sini, Kak.” Aku mengangguk. Lalu, obrolan kami mengalir begitu saja. Sebagian besar hany
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari