“Setelah meninggalnya Mbah Putri, ibu dari Pakde, ayahmu dan Bulik Laila, kami semua jadi yatim piatu.” Pakde Rama memulai ceritanya. Kami sedang duduk di teras rumah Pakde Rama, usai makan malam. Di hadapan kami, ada dua cangkir teh hangat dan beberapa cemilan. Bude yang buat. “Secara otomatis, Pakde sebagai anak pertama yang bertanggung jawab atas Ayahmu dan Bulikmu. Waktu itu Ayahmu masih kuliah tahun pertama, Bulikmu baru masuk SMU. Mbah Kakung dan Mbah Putri bukan orang berada, jadi warisan yang tersisa juga tidak banyak. Hanya beberapa petak sawah yang Pakde kelola sendiri untuk meminimalkan biaya. Ah, termasuk rumah yang dulu kamu tempati, itu warisan dari Mbah.” Pakde menatap jauh ke depan, sorotnya menerawang. “Saat itu Pakde sudah bekerja dan menikah, Pakde dan Budemu harus rel