12. Mantan

807 Kata
"Kami ingin tinggal di apartemen, Ma," ucap Raka saat makan malam bersama seluruh keluarganya. Mamanya, Rama, Ara, Alysa, Saka, Alika, dan Kara. "Kenapa?" tanya mama Raka heran. "Ya nggak kenapa-kenapa. Ingin aja, Ma." "Kamu benar-benar memberi pengaruh buruk untuk anak saya," tuduh mama Raka pada Alysa. "Bukan dia yang mau, Ma. Ini murni keinginan aku," sangkal Raka. "Mama yang mengandung kamu. Mama yang melahirkan kamu dengan taruhan nyawa. Tapi kamu malah membela dia?!" nada bicara mama Raka mulai meninggi. "Bukan begitu, Ma. Alysa istri aku. Dia ibu dari anak-anakku. Aku juga mencintainya." Jawaban Raka membuat mamanya, Alysa, Rama terutama Ara melihat ke arahnya. Ara tak menyangka dia akan mendengar pengakuan cinta Raka pada Alysa di depan matanya secepat itu. Rama yang melihat ekspresi Ara yang  langsung berubah mencoba menengahi. "Udahlah, Ma, kan kita masih bisa ketemu Raka walaupun dia pindah." "Nggak! Mama nggak mengijinkan. Sembilan tahun lebih dia menetap di luar negeri, giliran dia pulang, malahan mau jauh dari Mama!" Setelah mengucapkan itu, mama Raka langsung meninggalakan mereka karena selera makannya tiba-tiba hilang begitu saja. Alysa hanya bisa menunduk terdiam. Bukan perasaannya yang ia pikirkan saat ini. Tetapi perasaan anak-anaknya. Sejak sampai di Jakarta, mereka belum pernah sekalipun mendapat perlakuan manis dari omanya. "Kenapa kamu mau pindah, Ka?"tanya Rama. "Sa, kamu suapin anak-anak sambil main di belakang, ya?!" Sebelum menjawab, Raka meminta Alysa untuk menyuapi Saka dan Alika  di taman belakang rumah. Raka tidak ingin Saka memikirkan masalah orang tuanya. Karena untuk anak tujuh tahun, Saka sudah cukup peka dengan apa pun yang terjadi di sekelilingnya. "Iya, Ka ... yuk kita makan sambil main," ajak Alysa kepada Saka dan Alika. Saka dan Alika hanya bisa mengangguk menuruti orang tuanya. "Kara juga ikut Tante Alysa sama Saka dan Alika, ya...," pinta Rama pada Kara. "Iya, Pa...," jawab Kara. Setelah anak-anak pergi, baru Raka menjawab. "Kenapa aku mau pindah, Kak Rama lihat sendiri gimana Mama memperlakukan istri sama anak-anak aku 'kan, Kak...." "Tapi kan kalian baru juga ketemu." "Kita akan sering main ke sini. Nanti, setelah Mama bisa nerima mereka, aku akan tinggal di sini." "Kenapa kamu cuma mentingin perasaan anak sama istri kamu? Kenapa kamu nggak mikirin perasaan Mama?" Ara tiba-tiba menyerobot. "Siapa bilang? Dan mungkin ada baiknya kamu bersama Alysa dan anak-anak. Ini pembicaraan antara aku dan Kak Rama." "Kamu egois Raka! Kamu egois!" Ara mulai mengeluarkan airmatanya. "Udahlah, Ra! Jangan ikut campur urusanku!" "Udah-udah ... kenapa kalian malah bertengkar? Baiklah Raka. Kakak ijinkan kamu tinggal di apartemen. Tapi untuk sementara. Kakak di sini akan berusaha membujuk Mama. Tapi kalian juga harus berusaha mengambil hati Mama." "Iya, Kak. Makasih...." *** Setelah mendapat izin dari Rama, Raka segera mengatakannya pada Alysa. Pria itu menyusul Alysa ke taman belakang. Dari pintu, is memperhatikan Kara. Ada desir aneh dalam hatinya. Tetapi Raka tidak tahu apa arti dari desiran itu. "Besok kita pindah, ya...," ucap Raka sambil memeluk Alysa yang tengah berdiri mengawasi anak-anak. "Emang udah boleh?" "Kak Rama udah ngijinin. Masalah Mama, Kak Rama akan membantu kita." Alysa tak menanggapi. Ia bingung harus bagaimana. "Maafin Mama ya ... aku harap, kamu mampu bertahan. Atau kita kembali aja?" "Kamu ngmong apa, sih? Kamu mau, Mama tambah benci sama aku?" "Ya, enggak...." "Ya, udah ... yang penting kita hadapi sama-sama." "Makasih, Sayang, atas pengertian kamu. Aku sayang kamu." "Aku lebih sayang kamu, Ka...." **" Setelah selesai menyuapi anak-anak, Alysa masuk ke dalam rumah. Sementara Raka memilih untuk bermain bersama anak-anak. Wanita masuk kamar untuk membereskan barang-barang mereka. Melihat kunci menggantung, Alysa penasaran dengan isi lemari Raka. Ragu-ragu, ia membukanya. Isinya baju-baju milik Raka. Kebanyakan baju santai saat Raka kuliah. Istri Raka itu menelusuri tiap Rak. Di rak paling bawah ia menemukan benda yang aneh. Dalaman wanit. 'Punya siapa?' batin Alysa. Penasaran wanita itu semakin menjadi. Ada laci di dalam lemari, tetapi terkunci.  Dicobanya mencari kunci itu. Di bawah selipan baju. Dan akhirnya menemukannya. Alysa membuka laci itu. Isinya hanya ada surat-surat penting milik Raka seperti ijazah sekolah. Wanita itu masih penasaran. Hingga akhirnya ia menemukan sebuah liontin seperti sebuah tulisan. Diambilnya benda itu. "Raisa Lyana Aurora" Membaca nama Raisa membuat hati Alysa bergemuruh. Ia terus saja mengubek-ubek laci itu. Siapa tahu menemukan petunjuk. Di bagian terbawah wanita itu menemukan sebuah album foto di sana tertulis "Raka Rahardian Raisa Lyana Aurora" Dibukanya perlahan. Di sana ada foto sepasang anak menggunakan seragam SMA. Mereka terlihat sangat bahagia. Saling melempar senyum, saling mencubit pipi, juga saling memamerkan muka jelek mereka. Si lelaki adalah Raka. Dan yang perempuan?! Mata Alysa melebar. Perempuan di samping Raka adalah Ara. 'Aurora?' Napas Alysa memburu. 'Apa dia yang membuat Raka susah move on? Tapi kenapa Raka tidak jujur? Apa gelang yang dipakai Ara juga gelang yang sama seperti yang aku lihat? Dan, tunggu! Nama panjang Alika, Alika Aurora Rahardian. Sebegitu susahkah dia melupakannya? Sampai-sampai dia menyelipkan nama mantannya di tengah nama anak kami.' Seketika, d**a Alysa terasa sesak saat. Tbc
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN