7. Kembali

630 Kata
Raka dan Alysa telah sampai di Indonesia. Dari bandara, mereka langsung menuju ke rumah orang tua Raka. Setelah menaruh barang-barangnya, mereka segera berangkat ke rumah sakit menggunakan mobil. "Aku takut, Ka," ucap Alysa. Karena memang rasa takut tengah menyelimuti hatinya. Ia takut mama Raka tak menerimanya. "Takut kenapa?" "Apa mama kamu mau menerimaku?" "Pasti, Sa ... mamaku baik, kok. Kamu tenang, ya. Ada aku juga yang akan selalu ada di samping kamu." Raka mencoba menenangkan Alysa. Wanita itu pun mengangguk. Tak lama, Raka dan Alysa beserta Saka dan Alika telah sampai di rumah sakit. Mereka mencari ruangan Rama, karena saat Raka menghubungi mamanya, beliau mengatakan jika Rama sudah berada di ruang perawatan. Setelah menemukan ruangan Rama, Raka segera membuka pintu. Ada mamanya juga wanita yang sedang duduk di samping ranjang Rama. Mama Raka juga wanita itu langsung mengalihkan pandangannya ke arah pintu begitu mendengar suara pintu terbuka. Refleks, wanita itu langsung berdiri, berlari ke arah Raka kemudian memeluk Raka erat. Raka hanya bisa mematung mendapat perlakuan itu dari cinta masa lalunya. Tidak hanya Raka, istri juga kedua anaknya juga mematung di tempatnya. Sadar akan kehadiran Raka, mama Raka langsung menghampiri Raka. Raka melepaskan pelukan Ara, bahkan sebelum membalasnya. Kemudian menghampiri sang mama dan memeluknya. "Rama sakit, Raka ... Rama sakit," ucap mama Raka di tengah isakannya. "Iya, Ma ... kita akan berusaha agar Kak Rama sembuh." Raka menenangkan mamanya sambil mengusap-usap punggung mamanya. Mama Raka meregangkan pelukannya dari putra bungsunya. Matanya menangkap sosok wanita yang sedang menggendong anak perempuan dengan tangan yang satunya sedang menggandeng anak laki-laki yang seumuran cucunya. "Siapa mereka, Raka?" tanya mama Raka. Raka mengisyaratkan istri dan anaknya untuk mendekat. "Kenalin, Ma, ini Alysa, Saka dan Alika. Mereka istri dan anak-anak aku, Ma." Ucapan Raka membuat mamanya dan Ara terkejut bukan main. "Apa kamu bilang? Istri? Anak?" tanya mama Raka masih belum percaya pada pengakuan anaknya. "Iya, Ma, kami menikah tujuh tahun lalu." "Keterlaluan kamu. Kamu sudah tidak mengakui mamamu, hah?!" "Bukan begitu, Ma ... semuanya serba mendadak." "Mendadak? Kamu menghamilinya? Iya?!" "Ma...." "Kamu juga! Wanita macam apa kamu! Kamu yang memaksa anak saya untuk menikahi kamu, hah?!" "Mama! Tolong, Ma, ini rumah sakit," ucap Raka dengan nada sedikit meninggi. "Pengaruh buruk apa yang kamu berikan? Sehingga anak saya berani membentak ibunya?" "Bawa anak-anak keluar, Sa!" Alysa belum merespons ucapan Raka. "Sa! Bawa anak-anak kaluar!" "I–ya, Ka...," jawab Alysa kemudian membawa Saka dan Alika keluar dari ruangan itu. Air mata tak bisa lagi ditahannya. Begitu juga dengan Saka dan Alika. "Ma, tadi itu siapa, Ma? Kenapa marahin Mama?" tanya Saka setelah mereka memilih untuk duduk di kantin rumah sakit. "Itu Oma, Sayang ... nggak marahin Mama, kok, Oma hanya sedang sedih karena Om Rama sakit." "Om Rama itu kakaknya Papa, ya, Ma?" "Iya, Sayang ... kita berdoa ya, supaya Om Rama cepet sembuh." "Iya, Ma." Di ruang perawatan Rama, mama Raka masih belum bisa meredam emosinya. Sementara Ara juga masih belum bisa terbangun dari keterkejutannya. "Kenapa Raka? Kenapa?" "Kenapa apanya, Ma? Apa salahnya Raka menikah?" "Bukan menikahnya yang salah, tapi kenapa kamu tidak menganggap kami?" "Semuanya mendadak, Ma." "Kamu menghamilinya?" "Iya, Ma, waktu mendengar Kak Rama mau menikah, hati aku benar-benar sakit, Ma," jelas Raka sambil melirik Ara sekilas. "Tapi bukan berarti harus jadi laki-laki berengsek!" "Udahlah, Ma ... semua udah terjadi. Raka harap Mama bisa menerima istri dan anak-anak Raka.." Raka mengalihkan pandangannya ke arah Ara. Mata mereka bertemu. Sama-sama ada kerinduan di sana. Tetapi Raka buru-buru menepisnya. Pandangan Raka menurun ke arah leher Ara, ada sesuatu yang membuat hatinya berdesir. Ara masih memakai liontin pemberian Raka. Raka sangat yakin akan hal itu karena Raka masih ingat bentuk dari liontin itu. Dalam hati Raka bertanya, apa maksud dari semua ini? 'Tuhan, jagalah hatiku. Agar aku tidak menyakiti hati anak dan istriku ... Aamiin.' Tbc.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN