"Sayang, jangan bicara yang tidak-tidak. Sampai kapanpun kamu akan tetap menjadi istri Mas," ucapku ketakutan. "Tidak akan ada perceraian di antara kita. Mas siap menerima hukuman dalam bentuk apa pun asalkan jangan perpisahan." Isma memalingkan wajah. Meski aku sudah menduga hal seperti ini akan terjadi, tetap saja aku terkejut mendengar permintaan Isma untuk bercerai. Tidak. Aku tidak bisa kehilangan dia lagi. Cukup kemarin aku kehilangan gairah hidup saat ia meninggalkanku. Jangan sampai aku benar-benar hancur jika Isma pergi dari hidupku selamanya. "Tolong tinggalkan aku, Mas. Aku membutuhkan waktu untuk sendiri," pintanya tanpa menatapku. "Sayang ...." "Mas, aku mohon. Aku ingin sendiri dulu." Ya, dengan berat hati, akhirnya aku setuju membiarkannya sendiri dulu. Besar har

