8. Alasan balas budi?

1176 Kata
"Masuk!" titah Braga memasukkan tubuh Alleia dengan paksa ke mobil. Braga juga membanting pintunya dengan kencang hingga membuat Alleia berjingkat kaget.  Braga memutari mobilnya dan segera masuk ke bangku kemudi. Braga tampak masih memasang raut tidak bersahabat.  "Mas Braga apaan sih? Maksudnya susulin aku di sini itu apa? Dan apa maksudnya kamu marahin Faris?" serobot Alleia pada Braga. Braga hanya diam, laki-laki itu menarik sabuk pengaman Alleia dan memasangkannya dengan cepat.  "Mas, jangan diam saja!" desak Alleia.  "Aku sudah berusaha kabur dari Allard dan tuyul-tuyul lainnya malah Mas muncul ganggu aku di sini. Aku baru ngerasain punya temen loh, Mas!" keluh Alleia.  "Kamu ini bodoh atau bagaimana sih? Mereka itu berempat cowok semua dan kamu cewek sendiri, kalau kamu diculik gimana?" bentak Braga yang sudah kesal dengan segala omelan Alleia.  Alleia membulatkan matanya mendengar bentakan Braga, pria itu menatapnya garang seolah akan melahapnya hidup-hidup.  "Mas itu peduli sama kamu, Ia. Mas mau jagain kamu, kamu gak apa-apa berteman dengan siapapun, tapi jangan dengan cowok! Tadi pagi juga kamu sama cowok datang pagi-pagi ke kampus, kalau kamu diapa-apain gimana?"  "Pikiran Mas saja yang terlalu buruk. Mereka baik-baik kok," sangkal Alleia.  "Kamu gak ngerti saja kalau laki-laki bisa nekat!" sinis Braga.  "Ya sudah kenapa tadi jemput aku kalau ujungnya malah ngajak bertengkar? Lebih baik aku bareng mereka!" ketus Alleia melepas sabuk pengamannya.  "Tetap diam di tempatmu, Alleia!" desis Braga dengan tajam. Alleia tidak menanggapi, perempuan itu bersiap membuka pintu mobilnya. Namun naas, pintu itu sudah terkunci otomatis saat Braga menghidupkan tombol lock.  "Mas, bukain!" titah Alleia pada Braga.  "Duduk anteng, Alleia. Aku bisa lebih marah dari ini," ujar Braga.  "Kenapa Mas marah? Alasan apa yang membuat Mas harus marah sama Ia?" tanya Alleia dengan serius.  "Papa kamu itu menyerahkan kamu untuk Mas jaga. Bukankah dari kecil kamu sudah terbiasa Mas Jagain? Lalu kenapa saat ini kamu memberontak? Kalu kamu kenapa-napa, aku sudah mencoreng kepercayaan papa kamu atas diriku," oceh Braga panjang lebar.  "Jadi Mas jagain aku murni untuk papa?" tanya Alleia tidak percaya.  "Iya. Sebagai bentuk balas budi untuk papa kamu yang sudah baik hati pada Mas," jawab Braga menatap lurus ke depan.  Alleia membanting punggungnya di sandaran mobil. Entah kenapa hatinya terasa perih saat Braga mengatakan demikian. Ia pernah berharap kalau Braga perhatian padanya karena ada rasa, tapi lagi-lagi dia terlalu percaya diri. Braga menjaganya hanya demi papanya, demi membalas kebaikan papanya pada Braga. "Papaku tidak butuh balas budi. Papaku orang yang tulus, meskipun saat ini Mas Braga tidak membalas kebaikan papa, papa juga tidak akan marah," ujar Alleia dengan pelan.  "Tidak segampang itu. Mas ingin balas budi dengan papamu, dan mohon kerjasamanya untuk kamu menurut!"  "Aku tidak mau menurut lagi. Aku akan bilang papa kalau aku tidak mau dijaga sama Mas Braga, aku bisa jaga diri sendiri!" jawab Alleia.  "Teruslah berusaha, Alleia. Toh keputusannya tetap Mas yang akan menjagamu," ujar Braga dengan sinis.  Alleia menggeram marah, perempuan itu menaikkan kakinya ke atas dasboard. Braga melirik tingkah Alleia yang makin berani. Sepertinya perempuan itu mengalami keterlambatan pubertas. Dulu saat Alleia berusia tujuh belas tahun Alleia menjadi gadis yang anteng tidak pernah neko-neko atau mengeluarkan kenakalan dalam bentuk apapun. Malahan kelima Al yang sangat nakal, bolak-balik Braga harus membereskan kenakalan adik-adiknya yang lain seperti balapan liar dan lain-lain.  "Alleia, turunin itu kakinya, dan sabuk pengamannya dipakai lagi!" titah Braga.  Alleia tidak menjawab, perempuan itu bersedakap dadaa dan memalingkan wajahnya, tampak gadis itu memang sengaja memancing kemarahan Braga. Braga menghela napasnya dengan kasar, ia lapar dan capek tapi Alleia malah memancing emosinya.  "Alleia, pake lagi sabuk pengamannya! Bahaya kalau mengemudi gak pakai sabuk pengaman," ujar Braga lagi dengan suara pelan.  "Ya situ kalau nyetir gak usah ngebut-ngebut biar gak bahaya!" omel Alleia.  Braga mendekati tubuh Alleia, pria itu menarik sabuk pengamannya dan melilitkan pada tubuh Alleia, "Kalau di kasur gak pakai pengaman aja bahaya, apalagi kalau di mobil begini," bisik Braga dengan pelan.  "Gak ada hubungannya kasur sama pengaman!" ketus Alleia.  "Ada, mau buktiin?" tanya Braga yang raut mukanya sudah menunjukkan kemesuman. Namun sayang yang dimesumin sama sekali tidak peka.  "Gak mau pakai sabuk pengaman!" ketus Alleia melepas kembali sabuk yang dipakai.  "Alleia, nurut ya!"  "Cepet jalan gak usah banyak cingcong!" maki Alleia dengan kesal. Bahkan nada yang dikeluarkan Alleia persis nada bentakan.  Sisi ego Braga merasa tersentil dengan bentakan Alleia. Alleia memang anak Rexvan yang perangainya sangat baik, tapi kenapa saat ini Alleia menunjukkan sisi buruknya. Sebenarnya bukan sepenuhnya buruk, Alleia seperti dalam mode moodswing.  "Kenapa Mas natap aku kayak gitu? Gak suka aku yang kayak gini? Makanya kalau gak suka gak usah jagain aku!" omel Alleia lagi.  Alleia sungguh kesal dengan Braga, dan ucapan Braga yang tadi masih terngiang-ngiang di otaknya. Braga menjaganya hanya demi balas budi, dan itu sungguh menghantam relung hati Alleia yang sangat sensitif.  "Aku lapar, kenapa mobilnya gak jalan-jalan?" teriak Alleia lagi.  Braga lagi-lagi hanya bisa menekan hatinya untuk terus bersabar. Laki-laki itu mulai menghidupkan mesin mobilnya dan menjalankan dengan sangat pelan. Braga sesekali melirik Alleia yang kakinya masih selonjoran di dashboard, perempuan itu juga tidak merasa takut saat mobilnya mulai berjalan. Braga lah yang kini harus hati-hati agar kepala Alleia tidak terjedot saat dia mengeram.  Dalam perjalanan tidak ada satu patah pun pembicaraan, mereka masih asik dengan pikiran masing-masing yang berkelana. Braga masih merasa kalau egonya tersentil dengan ucapan Alleia sedangkan Alleia kesal dengan ucapan Braga.  Sebagai laki-laki, Braga sangat ingin mengendalikan Alleia. Braga ingin Alleia menurut padanya, Alleia mengikuti semua aturannya dan yang pasti gadis itu tidak memberontak. Braga akan memberikan segalanya untuk Alleia asalkan Alleia bisa dia atur. Dan dibentak seperti tadi sungguh membuat Braga kesal dengan gadis itu dan merasa tidak dihargai baik sebagai seorang kakak atau lebih.  Akhirnya setelah perjalanan yang menantang karena Alleia tidak mau memakai sabuk pengaman, mereka pun sampai di rumah Rexvan. Alleia sudah berniat akan turun, tapi tiba-tiba bahunya dicengkram oleh Braga.  "Aku mau tanya satu hal sama kamu!" ucap Braga dengan tegas.  "Apa?" tanya Alleia yang raut wajahnya sangat tidak mengenakkan.  "Siapa cowok yang tadi pagi bersama kamu?"  "Bian," jawab Alleia.  "Apa hubunganmu dengan dia?' "Mas bilang kalau hanya satu pertanyaan, jadi tidak ada pertanyaan kedua!" ujar Alleia.  "Sekarang buka pintu mobilnya!" titah Alleia lagi.  "Tanya satu kali lagi, Alleia," ujar Braga menahan Alleia.  "Apa lagi?" "Apa hubungamu dengan Bian dan cowok-cowok tadi?" "Mungkin untuk saat ini hanya teman, tapi entah kedepannya," jawab Allia asal.  "Gak boleh!" seru Braga dengan kencang hingga membuat Alleia kaget.  "Apa maksud Mas?" tanya Alleia bingung.  "Ingat, Alleia! Gak boleh pacaran, sampai kapanpun gak boleh pacaran!" seru Braga lagi dengan kencang sembari menangkup wajah Alleia.  "Ya apa alasannya gak memperbolehkan aku pacaran?" tanya Alleia dengan kesal. Saat Braga melarangnya untuk tidak pacaran begini, selalu terbesit di pikiran Alleia kalau Braga cemburu. Namun lagi-lagi dia harus tertampar kenyataan bahwa Braga hanya menjaganya atas nama balas budi.  "Gak ada alasan selain balas budi," jawab Braga. Alleia mengulurkan tangannya dan memencet tombol pff lock di mobil Braga dengan kesal.  Alleia mendorong pintu dan segera keluar dengan perasaan yang sangat campur aduk. Tanpa sadar Alleia menangis, menangisi pria yang sejak dulu selalu mengikutinya. Entah kenapa kali ini Alleia merasa hatinya sangat sensitif.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN