12. Dukungan adik ipar

1327 Kata
Alleia menatap ngeri ke arah adik-adiknya yang tengah mengerubuni satu orang yang terlihat seperti Braga. Tanpa mau ikut campur, Alleia segera melajukan langkahnya menuju ke dapur. Toh Braga datang ke rumahnya sudah pasti ada urusan sama Papanya. Tidak mungkin juga Braga ke rumahnya untuk menemuinya, Alleia harus ingat kalau Braga menjaganya hanya untuk balas budi.  Sembari membawa hpnya, Alleia menuju ke dapur untuk megambil minum. Biasanya ada teko air yang tersedia di nakas, tapi entah malam ini tekonya raib ke mana. Kalau feeling Alleia pasti daimbil Alvino. Begitulah Alvino, kalau tidak merebut punya Alden, maka akan merebut punyanya. Dasar Alvino kang rebut.  Alleia duduk di meja makan setelah mengambil air minum, tangan perempuan itu berselancar di whatsappnya, Keningnya mengerut saat melihat ada grub baru dengan nama "Geng Sayang" Alleia membuka grub itu yang berisi nomor-nomor tidak dikenal.  08951234xxxx : Hai Alleia, Gue Faris. Jangan lupa save nomor gue! 08527291xxxx: Hai Al, aku Bian.  08965622xxxx: Gue Dilan. 08753739xxxx: Gue Askal, mau dinamain Sayang juga boleh. Atau kalau gak gitu boleh dinamain Askal ganteng. 08775372xxxx: Askal narsis amat lo. Gue Tiko, lo save pakai nama papanya anak-anak juga boleh. Alleia terkikik geli melihat pesan chat dari teman-teman barunya. Entah siapa yang memberitahu mereka nomor miliknya, tapi terlepas dari itu Alleia sangat senang.  Alleia: Okey aku simpan semua nomor kalian. Alleia mengetikkan balasan untuk mereka. Alleia tidak bisa menahan senyum di wajahnya untuk tidak mengembang.  Askal: Btw, Geng! Kenapa grub kita jadi pakai nama alay begini? Ya kali grub sayang, canda sayang!. Dilan: Emang lo mau kalau grubnya gue namanya pinky-pinky chery? Faris: Diam! Grub ditutup! Alleia tertawa terbahak-bahak melihat kelucuan mereka. Alleia yang tidak pernah mempunyai teman selain Ziona pun merasa saat ini dianggap teman oleh yang lainnya. Saking asiknya ikut berbalas pesan dengan geng barunya membuat Alleia tidak sadar kalau Braga sudah berdiri di belakangnya sembari menatap Alleia dengan intens.  Braga sudah mengalahkan kelima tuyul yang tadi menindihnya. Sekarang giliran Braga yang mendekati Alleia. Kali ini tidak boleh gagal lagi.  "Alleia," panggil Braga yang membuat Alleia menolehkan kepalanya.  Alleia diam, gadis itu tidak ingin bersuara barang sepatah katapun. Hanya saja pandangannya terus menatap Braga. Braga yang ditatap tanpa suara oleh Alleia pun langsung tersenyum kikuk. Laki-laki dewasa yang hanya memakai kaos press body warna putih itu mengambil duduk di dekat Alleia.  "Lagi ngapain?" tanya Braga pada Alleia.  "Lagi balas pesan," jawab Alleia dengan cuek.  Braga melirik hp Alleia, Alleia yang merasa Braga kepo pun malah menunjukkan pada Braga secara tidak langsung. Alleia membuka pesan grub yang semuanya cowok. Alleia turut membalas pesan-pesan temannya yang sangat lucu.  Braga memicingkan matanya saat dia menangkap nama Dilan, Faris, Bian, Tiko dan Askal. Braga menebak hanya Alleia lah yang cewek sendiri.  "Lagi rapat online?" tanya Braga dengan sinis.  "Lagi becanda online," jawab Alleia membenarkan.  "Manusia itu unik. Hanya di indonesia orang ketawa pakai wkwkwkw ... padahal aslinya siapa tau gak peduli," ujar Braga. Alleia mengerutkan keningnya mendengar suara Braga, gadis itu mencoba menelaah apa yang Braga ucapkan.  "Di chat sih bilang Sayang, tapi siapa tau di belakang sudah punya gebetan," oceh Braga lagi.  "Cinta masa kuliah itu banyakan bulshit, pagi cinta sore sudah ada yang lain." "Kalau soal itu sih aku sudah pengalaman banyak. Empat tahun S1 dan dua tahun S2. Cukup paham lah kisah cinta anak-anak kuliah." Braga terus mengoceh dengan niat hati mengkode Alleia untuk tidak percaya dengan kisah cinta masa kuliah. Sedangkan Alleia yang mendengar hanya bisa mencibir dalam hati.  "Situ saja gak pernah pacaran kok sok-sokkan nasehatin orang," dengus Alleia menusuk hati Braga. Benar juga yang dikatakan Alleia.  "Mas Braga boleh pintar bisnis, semua yang dipegang Mas Braga juga cepat berkembang pesat. Tapi Mas Braga bodohh soal cinta, semua ucapan Mas Braga hanya omong kosong!" ucap Alleia beranjak berdiri dengan mendorong kursinya kencang.  "Jomblo jangan sok keras, Mas!" ujar Alleia sebelum benar-benar melenggang pergi.  "Kamu juga jomblo, Alleia. Sesama jomblo jangan ngatain!" pekik Braga.  "Aku jomblo masih muda, kalau Mas jomblo sudah tua," jawab Alleia.  Braga menggebrak meja makan dengan kencang. Rencananya datang untuk meminta restu harus hancur dan acak-acakan seperti ini. Braga menepuk bibirnya dengan kesal beberapa kali. Kenapa bibirnya itu tidak bisa diajak berkomrpomi.  "Seharusnya tadi aku mencegah Ayah Rex untuk pergi. Terus sambil bilang 'Ayah, Braga mencintai Alleia, bolehkan Braga menjalain hubungan dengan Alleia? Bukan malah kayak gini," maki Braga pada dirinya sendiri sembari memperagakan cara meminta ijin yang benar. "Sialaan! Kalah start sama lima cowok sok ganteng tadi," ujar Braga lagi mengacak rambutnya.  Entah Braga harus bagaimana Braga sangat bingung. Perasaan tadi dia sudah membaca artikel tentang meminta resti pada orangtue cewek. Namun kenapa saat dia datang malah bibirnya terbungkam? Sesulit inikah mengutarakan cinta? Braga mengacak rambutnya sekali lagi sebelum kembali ke ruang tamu, dia menatap tujuh bungkus martabak yang berserakan di lantai. Tujuh martabak jumbo spesial habis oleh kelima tuyul. Braga merasa sia-sia sudah antree lama, calon mertuanya sama sekali tidak terkesima oleh usahanya membawa martabak.  Braga merogoh hpnya dengan cepat, "Artikel sialaan. Katanya kalau ke rumah mertua bawa martabak pasti langsung luluh. Lah ini apa? Jangankan luluh, peduli saja enggak," ujar Braga seorang diri.  "Awas saja, Bunga. Aku akan memotong gajimu lima puluh persen karena sudah menyesatkanku," tambah Braga lagi.  Alden dan Alvino yang rebahan di sofa pun melihat gerak-gerik Braga yang seperti orang tengah kesal. Alden kasihan dengan Braga yang mengejar cinta kakaknya, tapi kakaknya tidak peka. Alden ingin membantu, tapi Alden masih malas karena kepalanya baru dimasukin ke ketek Braga. Alden hampir pingsan karena ulah Braga.  "Mas Braga!" panggil Alvino membuat Braga menatap dua tuyul yang sedang rebahan. Mungkin yang tiga sudah kembali ke kamar.  "Gagal mengutarakan pada kak Alleia?" tanya Alvino yang tepat sasaran. Bukan hanya gagal mengutarakan pada Alleia, tapi gagal juga mengutarakan pada Ayah Rex. Benar yang Alleia katakan kalau dia hanya pintar bisnis, masalah cinta hanya tong kosong.  "Bagaimana mau berhasil kalau aku sudah ngoceh panjang lebar malah dia ngatain aku jomblo," jawab Braga mengipasi wajahnya yang panas.  "Mas Braga kurang gercep, itu lambenya jangan cuma buat makan tapi juga buat keluarin gombalan manis. Harusnya tadi Mas Braga bilang 'Mas jomblo bukan karena tidak laku, tapi mas sedang menanti bidadari seperti dirimu, Alleia'" ucap Alvino dengan sok dramatis.  Braga menatap ngeri ke arah Alvino. Sepertinya Alvino sangat pengalaman soal cinta,. Sungguh Braga tidak kepikiran mengatakan itu saat tadi bersama Alleia.  "Terus Mas harus ngapain?" tanya Braga kesal. "Mas Braga harus lebih gercep. Jemput Kak Alleia pagi hari, mengantarnya ke kampus, menjemput pulang, ngajak ke bioskop, ngajak main ke wahana-wahana yang seru. Nanti kak Ia juga luluh," jelas Alvino.  "Kalau soal antar jemput ke kampus sudah biasa. Buktinya kakakmu tidak luluh juga," ucap Braga mendengus.  "Mas Braga jemputnya pakai jas sih. Kemana-mana pakai kemeja formal, siapa juga yang akan luluh? Lihat saingan dong, saingan Mas Braga itu cowok-cowok keren yang masih muda, stylenya keren enak dipandang. Lah kalau Mas? Sudah tua stylenya juga formal terus. Ya kali kak Ia bakal mau," oceh Alden yang tidak bisa menyaring ucapannya sendiri.  "Jadi wajah Mas ini terlihat tua?" tanya Braga memelototkan matanya, Alden menganggukkan kepalanya. Sedangkan Alvino langsung melompat turun dari sofa dan menghampiri Braga.  "Mas gak kelihatan tua kok. Hanya saja stylenya memang harus dimudain. Mas jangan dengerin Alden, dia tidak lebih pintar dari aku. Nanti aku kirimin contoh baju-bajuku, kalau Mas Braga pakai gaya yang seperti aku, pasti Mas Braga terlihat lebih fress dan Kak Alleia bakal kewer-kewer sama Mas," ucap Alvino kembali membangkitkan semangat untuk Braga.  Braga menelaah dengan seksama ucapan Alvino, pria dewasa itu tampak mengangguk-anggukkan kepalanya, "Begitukah?" tanya Braga memastikan.  "Bener. Jadi Mas Braga jangan patah semangat. Ayo buktikan kalau Mas Braga bisa, Mas Braga pasti akan bersama Kak Ia!" ucap Alvino lagi sembari mengepalkan tangannya ke atas tanda semangat.  "Baik, semangat!" ucap Braga yang kembali optimis.  "Mas Braga, semangat!" ujar Alden yang ikut memberikan semangat untuk Braga.  Braga menyambar baju batiknya yang tergeletak di sofa, pria itu menentengnya dan melenggang pergi begitu saja tanpa menoleh lagi ke arah Alden dan Alvino. Pria itu ingin cepat pulang dan order baju dengan style muda masa kini. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN