Hari ketujuh di villa itu dimulai dengan udara yang cerah. Matahari pagi bersinar lembut, menyelinap melalui tirai kamar Kaia yang setengah terbuka. Wanita itu membuka matanya perlahan, merasakan ketenangan yang lama tak dia rasakan. Namun, di balik ketenangan itu, ada perasaan yang mengganggu hatinya—kerinduan yang begitu dalam terhadap Zeff. Selama beberapa hari terakhir, Kaia berusaha keras untuk menjaga jarak emosional dengan pria itu. Meskipun dia sudah mulai berbicara sedikit dan menunjukkan tanda-tanda melunak, gengsi yang menancap dalam dirinya membuatnya sulit mengungkapkan perasaan yang sesungguhnya. Kaia merindukan Zeff. Merindukan sentuhan lembutnya, kehangatan tubuhnya, dan terutama cara pria itu selalu membuatnya merasa istimewa. Namun, dia tetap bersikeras mem