Reyhan memilih duduk di kursi tepi pantai, pria tersebut rebah di sana menatap langit di atas sana penuh kebebasan. “Aku tidak punya pilihan selain menikahinya demi Kakek, Melani Anisa. Akankah aku jatuh cinta padanya? Gadis itu terlalu jauh di bawah usiaku. Tingkahnya juga terlalu kekanak-kanakan. Jika dia wanita dewasa, tentunya aku tidak perlu repot-repot menahan diri seperti ini.” Keluh pria itu seraya memejamkan kelopak matanya. Reyhan merasakan angin berhembus menerpa kulitnya. Sejuk dan nyaman untuk mengusir kegelisahan dari dalam hatinya. “Sebenarnya apa yang terjadi padaku! Sadarlah Rey! Sadar! Dia cuma bocah kemarin sore! Sepertinya Melani benar, aku harus menjaga jarak mulai detik ini dengannya! Sialnya aku, menikahi anak sembilan belas tahun! Lalu? Jika dia bukan gadis semb