“Okay, terserah. Tapi aku tidak janji bisa menemanimu di kantor nanti, aku ada meeting dan kamu tahu pekerjaanku sangat banyak sekali.” Gumam Reyhan seraya menoleh sekilas ke arah gadis di sebelahnya. Melani terdiam, bukan karena tidak bisa bicara. Tapi gadis itu sedang berpikir keras mencari cara supaya bisa membuat Reyhan jengkel dan muak padanya.
Setibanya di kantor, Melani bersiap turun dari dalam mobil Reyhan. Mantel terusan sepanjang lutut yang dia kenakan membuat tubuh gadis itu merasa panas dan berkeringat.Tanpa sadar “Uaah, panasnya..” Melani membuka kancing bagian atas, hingga menampilkan setengah dadanya.
“Baakk! Bawa ini.” Reyhan segera menekan berkas dalam map miliknya ke arah dadanya Melani dengan tujuan agar Melani tidak memperlihatkan sisi tesebut di depan karyawan kantornya.
“Apaan sih Om Tua?!” Keluh Melani dengan bibir cemberut seraya mengekor Reyhan menuju ruangan kerja milik pria tersebut.
Reyhan masuk ke dalam ruangan, Melani ikut ke dalam lalu menundukkan tubuhnya di seberang meja kerja Reyhan untuk meletakan berkas dalam map yang tadi dia bawa dalam pelukan. Gundukan kenyal yang sempat dia remas tadi pagi ini terpampang jelas di depan matanya. Seksi dan menggoda untuk diremas juga dilumat. Reyhan sejenak terpaku, masih menatap bola tersebut dengan tatapan sulit dilukiskan. Membayangkan Melani berada di dalam rengkuhan, merintih dalam permainannya! “Astaga otak ku kotor sekali! Apa sih yang aku pikirkan?!” Keluhnya seraya mengusap wajahnya dengan telapak tangan kanannya. Melani sejak tadi tetap menunduk, gadis itu sedang membuka lembaran berkas milik Reyhan dari seberang meja kerjanya. “Sebenarnya apa yang diinginkan gadis ini?!” Keluh pria itu lagi seraya mengendorkan dasinya. Mendadak tubuhnya terasa panas.
“Mela?” Tegur Reyhan segera.
“Eh, iya Om?” Meringis tanpa rasa bersalah. Lalu maju mendekat dari sisi kanan Reyhan, melihat gelas air di sana Melani sengaja berpura-pura tergelincir.
“Tak, akkhh, byuuurr!” Gelas air tersebut tumpah hingga membuat celana Reyhan basah. “Maaf Om, Mela sengaja!” Ucapnya dengan senyuman sadis.
“Kau! Kau!” Reyhan terhenyak, kini dia melihat paras cantik gadis itu dengan pandangan berbeda. Wajah cantik jelita tersebut mendadak berubah menyebalkan sekali baginya.
“Kenapa Om Tua? Kesal? Mela sudah bilang kita itu nggak cocok dan harusnya Om itu menolak waktu kita dijodohkan!” Ujarnya tidak sabar lagi. Melani ingin pejodohan antara mereka berdua bisa dibatalkan secepatnya.
“Yang sudi nikah sama kamu itu siapa?! Kamu kira aku senang menikah dengan cewek ingusan sepertimu? Kalau aku mau, banyak wanita luar biasa di luar sana!” Ujarnya dengan nada tinggi, Reyhan mulai naik darah dibuatnya.
“Ya sudah, kalau begitu batalkan saja acara pernikahan kita!” Desak Melani pada Reyhan.
“Kamu pikir semudah itu hah? Jangan lupa besok waktunya kita fiting baju pengantin. Kamu tahu kan di mana alamatnya? Langsung saja ke sana. Aku tidak mau dengar alasan lagi. Dan juga, itu!” Menunjuk ke arah kancing baju Melani yang terbuka. “Betulkan kembali, atau akan ada serigala yang hinggap di sana!” Ucapnya dengan wajah penuh amarah.
“Om Tua kan gay!” Seru gadis itu dengan lidah terjulur ke depan, Melani berkacak pinggang dan terus meledek Reyhan.
“Pertengkaran ini tidak akan pernah selesai.” Keluh Reyhan dalam hatinya, pria itu sudah merasa pusing kepala dibuatnya. Belum lagi ada acara meeting yang sudah menunggu kehadirannya, berkas bahan utama meeting juga setengah rusak gara-gara air yang tumpah. Celananya juga basah kuyup sekarang.
“Kamu kapan pulang?” Reyhan mulai gerah dan risi, pria itu sudah mengirimkan pesan pada asistennya agar membawakan baju ganti untuknya. Melani merasa kalau kali ini usahanya pasti akan berhasil dan Reyhan tidak lama lagi akan segera mengusirnya keluar.
“Melani belum ingin pulang.” Sahut gadis itu dengan cueknya lalu mendekat dan duduk di atas pangkuan Reyhan. Melani memainkan dasi Reyhan, dia juga sengaja menaikan ujung mantelnya hingga ke pangkal pahanya. Kini kaki mulus miliknya terekspos bebas di atas pangkuan Reyhan.
“Jangan bertindak yang tidak-tidak, Mel. Aku bukan pria gay, astaga!” Keluh pria itu seraya mendorong Melani agar berdiri dari atas pangkuannya. Bukannya menurut, Melani malah mengaitkan kedua kakinya seperti anak kecil yang takut kehilangan ibunya. Gadis itu mengaitkan kedua kakinya di belakang pinggang Reyhan, tetap dengan posisi seperti itu dalam waktu yang lama.
“Mel, turun!” Menahan pinggang Melani lantaran cemas gadis itu jatuh ke belakang.
“Nggak mau, Om Tua!” Serunya seraya memeluk kedua bahu Reyhan seperti anak kecil.
“Mela, please.” Reyhan sampai memohon padanya.
“Nggak mau.” Berbisik pelan pada daun telinga Reyhan.
“Aku punya bom besar, dan itu bisa meledak kapan saja, nanti kamu ketakutan.” Ujarnya pada gadis tersebut. Entah Melani paham atau tidak dengan bahasa kiasan yang dia ucapkan barusan padanya.
“Aku juga punya Om, Om mau lihat?” Bersiap membuka kancing bajunya lagi.
“Nggak usah! Aku lelah bicara sama kamu!” Serunya seraya memalingkan wajahnya.
“Tok, tok, tok. Presdir? Ini baju gantinya..” Asisten Reyhan masuk dan terkejut melihat pemandangan tersebut. Wajah Reyhan sudah jelas tengah menahan malu setengah mati. Tapi tidak bagi Melani, gadis belia itu malah meringis sambil menyapa asisten Reyhan, lalu turun dari atas tubuhnya.
“Taruh di sana.” Ucapnya seraya melepaskan dasinya. Asisten tersebut meletakan di atas meja, lalu segera keluar dari dalam ruangan.
Melani berlari kecil mengambil tas dari atas meja Reyhan yang berisi baju ganti milik pria tersebut. Gadis itu menyembunyikannya di belakang punggungnya. Reyhan segera melangkah menuju ke pintu lalu menguncinya dari dalam ruangan. Pria itu melepaskan kancing bajunya satu persatu seraya melangkah menuju ke arah Melani. Melani tertegun menatap tubuh dengan bentuk mengagumkan tersebut.
Gadis itu lupa kalau sedang menyembunyikan baju ganti Reyhan di belakang punggungnya. Reyhan melangkah mendekat, Melani mundur selangkah demi selangkah hingga punggungnya terbentur tepian meja kerja Reyhan.
“Dukk! Akh! Om Tua? Mau ngapain?” Tanyanya gugup seraya menekan d**a Reyhan agar menjauh dari dirinya.
“Menurutmu?” Reyhan menyeringai dengan salah satu ujung sudut bibirnya. Melani mulai cemas, dia menjadi ragu kalau pria yang ada tepat di depan wajahnya saat ini merupakan pria gay seperti yang dibicarakan teman-temannya di sekolah. Cara Reyhan menatapnya benar-benar seperti pria normal. Melani memejamkan matanya rapat-rapat wajah Reyhan semakin dekat dengan wajahnya. Melani menggunakan tas berisi baju ganti Reyhan untuk menutupi wajahnya agar wajah mereka tidak bersentuhan satu sama lain.
“Srak!” Reyhan mendapatkan baju gantinya kembali spontan Melani membuka kelopak matanya dengan wajah terkejut. Pria itu menyunggingkan senyuman manis, baru kali ini Melani melihat senyuman tersebut terukir jelas dan begitu dekat dengan wajahnya. “Sebaiknya kamu pulang, atau kamu ingin aku..”
“Ingin apa?” Sela Melani dengan jantung berdegup kencang. Tubuhnya sudah memanas berada di antara kedua lengan kekar milik Reyhan Sandiaga. Tubuh atletis pria itu begitu jelas menghimpit tubuhnya.
Reyhan sempat tercekat, dia tidak menyangka kalau Melani akan berani menantangnya seperti sekarang. Reyhan berpura-pura menyentuh dagunya, diusapnya bibir tipis dan mungil milik gadis belia tersebut. Tubuh Melani mendadak bergetar, terlihat jelas gadis di depannya itu tengah gugup dan ketakutan. Reyhan perlahan mendekatkan bibirnya.
“Tidaaakkkkk!” Melani berteriak kencang seraya mendorong Reyhan. Gadis itu sudah kabur keluar dari dalam ruangan kerjanya.
“Hah! Hahahahahahaahhahaha! Hahahahha! Astaga perutku! Hahahaha!” Reyhan tertawa terpingkal-pingkal seraya memegangi perutnya, pria itu menjatuhkan tubuhnya di sofa sambil terus tertawa.
Di luar ruangan..
Melani melangkah cepat keluar dari perusahaan Sandiaga. “Dasar pria bangkotan! Kagak laku! Ngeselin! Ukh! Awas saja besok Mela jedotin kepala Om Tua ke dinding! Tunggu pembalasan Melaaaaa! Om Tua Jelek Bangkotan!” Serunya di tepi jalan seraya menghentakkan kedua kakinya di atas jalan raya.