Part 8 Bikini!

1422 Kata
Gara-gara ulah Melani, Reyhan datang terlambat di acara meeting. Beberapa rekannya mulai berbisik-bisik karena keterlambatan Reyhan di acara tersebut. “Maaf Tuan, jas Anda.” Ucap Asistennya seraya berbisik di sebelahnya, mengulurkan jas lain padanya. Ternyata Reyhan lupa kalau dia sudah memberikan jas-nya pada Melani siang ini. Reyhan segera memakainya lalu memulai acara meeting. Usai acara meeting, Reyhan masih merenung di dalam ruangan yang sudah sepi penghuni tersebut. Entah kenapa dia kembali teringat saat dia dan Melani Anisa berada di dalam toilet umum, gadis belia tersebut menangis sejadi-jadinya serta menunjukkan bajunya yang basah. “Bagiamana mungkin Kakek menjodohkan ku dengan gadis gila itu?! Mana sudah dekat harinya lagi!” Tak berhenti mengeluh lantaran dia merasa kalau semuanya hanyalah mimpi buruk belaka. Ingin berteriak, ingin marah-marah tapi segalanya tetap percuma karena takkan pernah bisa merubah keputusan Kakeknya. “Presdir? Anda tidak pulang ke rumah?” Tegur satpam yang sedang bertugas jaga senja itu. Dia mendapati Reyhan masih duduk di dalam ruangan meeting seorang diri. “Astaga, sudah hampir malam.” Reyhan segera bangkit berdiri dari kursinya, pria itu bergegas membawa berkasnya keluar dari dalam ruangan tersebut. Di sisi lain.. Melani sedang menopang kedua pipinya seraya tengkurap di atas tempat tidur. Gadis itu membuka ponselnya, ada beberapa pesan masuk di sana. “Gita?!” Serunya dengan hati riang melihat pesan tersebut dikirim oleh Gita putri dari pelayan rumahnya. “Kalau kamu ingin Reyhan membencimu lalu membatalkan pernikahan, maka lakukan saja yang aku tulis di pesan ini. Satu, buat dia muak dengan sikap manja dan kekanakan. Dua, bersikaplah agresif seperti wanita dewasa. Ketiga, rayu Reyhan dan buatlah dia jijik. Sisanya akan aku kirimkan nanti. Kamu coba saja cara di atas, dan jika tidak berhasil hubungi aku.” Begitulah isi pesan Gita untuk Melani malam itu. Melani menggaruk kepalanya, dia berusaha mencerna makna dari tulisan Gita. Yang membuatnya bingung adalah bersikap agresif layaknya wanita dewasa. Selama ini Melani belum pernah terlibat hubungan serius dengan teman pria di sekolahnya. Kalau yang menyukai sosok Melani sudah tak terhitung jumlahnya karena dia mendapatkan julukan bidadari sekolah. “Wanita dewasa, wanita..dewasa..” Terus bergumam sambil membayangkan hal yang aneh di dalam kepalanya. “Akkhh, mengerikan sekali! Aku tidak yakin bisa melakukannya!” Gumamnya pada dirinya sendiri. Lima menit kemudian, gadis itu segera turun dari atas tempat tidurnya lalu melangkah menuju ke arah lemari pakaian. Melani melihat beberapa gaun di sana, dia sempat membeli sebuah baju dengan model terbaru. Gadis itu mengambilnya, lalu menempelkan pada tubuhnya di depan cermin. Mendadak memiliki sebuah ide brilian. Melani menyeringai penuh misteri. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali. Reyhan masih terlelap di dalam tidurnya. Melani mengendap-endap masuk ke dalam kamar pria tersebut. Tanpa ragu dia melepaskan jaketnya lalu masuk ke dalam selimut. Beberapa jam sebelumnya.. Melani sudah berdandan sedemikian rupa, dia bangun pukul tiga pagi untuk mempersiapkan semuanya. Setelah selesai merias wajahnya juga mengenakan baju yang dia pilih semalam lalu merangkap nya dengan sebuah jaket, pukul setengah lima pagi Melani menyelinap keluar dari dalam kediamannya untuk pergi ke rumah Reyhan tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya. Sampai di kediaman Reyhan, pelayan rumah tersebut sangat terkejut melihat Melani berkunjung saat masih sangat petang. Seribu jurus Melani keluarkan agar dia mendapatkan ijin masuk ke dalam. Setelah berhasil masuk ke dalam selimut Reyhan, Melani melotot melihat garis atletis pada tubuh Reyhan karena Reyhan tidur hanya mengenakan celana dalamnya. Aroma khas pria mulai menyeruak masuk ke dalam lubang hidungnya, Reyhan benar-benar membuatnya terbengong karena pria itu terlihat sempurna. Bukan pria gay seperti yang digembar-gemborkan teman-temannya selama ini. Melani tersenyum, tangannya sedikit gemetar saat merapatkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Karena dia tadi bangun terlalu pagi, Melani tanpa sadar terkantuk-kantuk dan sialnya malah tertidur pulas bersama Reyhan di atas ranjang pria tersebut. “Krring!” Reyhan mendengar suara wekernya, pria itu dengan kedua mata masih terpejam segera meraihnya dari atas meja lalu membuangnya ke tong sampah seperti biasa. Saat membalikan tubuhnya dia menyadari ada orang lain di sebelahnya. “Apa ini? Kok hangat, lembut, kenyal?” Meraba-raba di dalam selimut sambil bergumam pada dirinya sendiri. Tanpa sengaja dia menyentuh buah dadanya Melani. “Whatt? Tung, tunggu! Kenyal!” Menarik selimut hingga menampilkan sosok Melani yang tinggal bersamanya di atas tempat tidur. “Melani?!” Bentak Reyhan seraya melotot melihat baju yang Melani kenakan. Setelan bikini yang sangat minim! “Apa sih Om Tua. Mela ngantuk banget nih.” Ucapnya pura-pura tertidur, padahal tubuhnya sudah mengginggil. Belum pernah seumur hidupnya mengorbankan rasa malunya sampai seperti sekarang ini. Memperlihatkan tubuhnya di depan pria yang dia benci dan ingin dia jauhi. Dalam hati Melani bergolak, antara berontak ingin segera menutupi tubuh jenjangnya yang hampir telanjang. Demi batalnya acara pernikahan dirinya dengan Reyhan, Melani berusaha tetap bertahan selama mungkin. Reyhan segera menyadarinya, pria itu segera turun dari atas tempat tidur. Reyhan menyambar piyama tidurnya dan segera mengenakannya. Pria itu menyeringai jahil, dia membiarkan tubuh Melani tetap terbuka tanpa selimut. “Belum tahu siapa aku? Dasar cewek ingusan!” Desisnya lirih lalu merangkak naik ke atas tempat tidurnya. Melani merasakan Reyhan berada di atas tubuhnya, gadis itu spontan menyumpahinya. “Berani sentuh jadi Kodok!” Ucapnya seraya menunjuk ke arah wajah pria yang kini tinggal tepat di atas wajahnya. “Hah?! Kodok?!” Reyhan membuka bibirnya dan memasukkan jari telunjuk Melani ke dalam mulutnya. “Om Tua jorok!” Spontan Melani menariknya keluar dari bibir Reyhan. Dua pasang mata saling bertukar pandang satu-sama lain. Reyhan menatap penampilan Melani saat ini. Diusianya yang belia, tubuh Melani cukup berisi. Kulitnya sangat bersih dan halus. Dan make up Melani saat ini memang berbeda dari biasanya. Reyhan mendekatkan wajahnya, Melani segera memejamkan kedua matanya rapat-rapat. “Tunggu, Om mau ngapain?” “Kamu mau bangun dari atas tempat tidurku atau kita berlanjut ke..” Melani secepat kilat segera mendorong tubuh Reyhan menepi dari atas tubuhnya, lalu mengambil jaketnya untuk menutupi tubuhnya. Sangat sulit dia menutupi rasa malu yang sebenarnya dia rasakan saat ini. Gadis itu sudah kabur keluar dari dalam kamarnya. “Om Tua ngeselin!” Umpat Melani seraya melangkah dengan hati kesal, meniti tangga turun dari lantai atas. “Dasar bocah ingusan! Hahahahaha!” Reyhan tergelak di dalam kamarnya. Dia masih teringat dengan wajah Melani yang berubah merah padam gara-gara tindakannya. “Mela-Mela, mau ngerjain orang kok nanggung.” Pikir Reyhan Melani sudah kembali pulang, tapi ketika dia turun dari lantai atas ternyata gadis itu sedang menemani Neneknya menjahit hiasan meja. Melani terlihat senang sekali, gadis itu sudah menggelung rambutnya ke atas seraya memegang benang jarum. Reyhan terhenti di tengah tangga. Sandiaga yang sedang sarapan mendapati Reyhan tertegun. Dia melihat ke mana arah pandangan mata cucunya tersebut. Pria itu tersenyum senang seraya mengunyah makanan. “Rey, ayo sarapan.” Tegur Sandiaga pada Reyhan, karena sudah beberapa menit dia melihat cucunya tersebut tetap berdiri mematung di sana. Mendengar suara Sandiaga, Melani ikut mengangkat wajahnya dan menjatuhkan pandangan matanya ke arah Reyhan. Keduanya tanpa sengaja saling bertemu pandang. Reyhan buru-buru berjalan menuju meja makan untuk mengusir rasa canggungnya. Di dalam mobil.. Melani bersama Reyhan. Keduanya duduk bersebelahan di kursi belakang. “Kamu mau diantarkan ke mana pagi-pagi begini?” Tanya Reyhan seraya menatap arloji pada pergelangan tangan kanannya. “Ikut Om Tua ke kantor!” Tersenyum manja seraya menggamit lengan Reyhan dengan paksa, sengaja menggesekkan pipinya pada lengan atas pria tersebut. Reyhan menatap wajah Melani yang sedang berpura-pura manja padanya. Reyhan tahu Melani sedang berusaha untuk membuatnya muak. Bukan rahasia lagi kalau dia dikenal dengan sebutan pria dingin tanpa memiliki ketertarikan dengan wanita. Kali ini dia sedikit merubah sikapnya hanya untuk mengimbangi peran yang sedang dimainkan oleh Melani untuk membuatnya kesal lalu membatalkan acara pernikahan. “Serius mau ikut ke kantor?” “Serius!” Sahut Melani tanpa pikir dua kali. “Kalau serius nggak boleh batal.” Timpal Reyhan seolah bersiap menangkap mangsanya sedikit lagi. “Serius!” Tandas Melani dengan yakin. “Cium dulu! Kalau mau ikut ke kantor. No batal!” Reyhan menyunggingkan senyumnya seraya menyentuh garis hidung Melani. Gadis itu membeku, dia hampir tidak percaya dengan apa yang dia dengar barusan. Pria yang tak pernah disentuh oleh wanita itu mendadak meminta ciuman darinya. “Kenapa? Batal ikut ke kant..?” Tanya Reyhan seraya mendekatkan wajahnya. Belum selesai bicara Melani melabuhkan bibirnya pada pipinya. “Cup! Nggak mungkin batal Om Tua!” Reyhan tercengang, dia belum pernah dicium wanita. Bibir Melani terasa lembut saat singgah pada pipinya. Pria itu menelan ludahnya sendiri, lalu tergesa memperbaiki posisi duduknya. Dia tidak mengira kalau Melani akan seberani itu. “Enak saja batal, lihat saja Mela akan buat pria bangkotan ini batalkan perjodohan!” Ucap dalam hatinya dengan penuh keyakinan kalau dia pasti akan berhasil.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN