“Om, jangan seret Mela! Memangnya Mela kambing!” Protes gadis tersebut pada Reyhan. Sejak beberapa detik lalu pria itu menyeretnya masuk ke dalam restoran. “Om Tua? Kita makan apa di sini?” Tanya Melani seraya mengambil sendok dari kedua sisi piringnya lalu menggigitnya, Melani memainkannya di dalam mulutnya hingga terdengar suara berisik benturan gigi dan sendok.
Reyhan gemas sekali, pria itu tidak bisa berkata-kata melihat sikap Melani yang selalu saja mempermalukan dirinya entah kapanpun dan di manapun. “Mela, hentikan itu, jorok sekali!” Keluh Reyhan dengan suara tertahan.
“Jadi pernikahan kita batal kan?” Tanyanya dengan senyum riang.
“Mau mati? Craak!” Reyhan menggertakkan giginya seraya menancapkan garpu nya di atas meja. Melani spontan terlonjak kaget, gadis itu memegangi gagang sendok yang masih tinggal di dalam mulutnya. Memasang wajah cemberut, matanya mengerjap berkali-kali karena melihat wajah Reyhan penuh amarah duduk tepat di depannya.
“Turunkan sendok mu dari dalam mulutmu! Atau..” Hardiknya pada Melani. Ucapan pria itu terpotong karena pesanannya datang.
“Ini Tuan, silakan.” Seorang pelayan meletakkan pesanan di atas meja mereka. Dua piring steak di depan Reyhan dan Melani.
“Nasi ada?” Tanya Melani pada pelayan tersebut.
“Ada, Nona ingin pesan berapa?” Tanya pelayan tersebut dengan sopan.
“Sebotol anggur, dan satu nasi.” Ucapnya pada pelayan tersebut. Reyhan tidak peduli, pria itu menikmati makan siangnya.
Pesanan Melani datang, gadis itu makan dengan sangat rakus. Nasi berceceran di mana-mana, bibir mungilnya belepotan dengan saus steak.
Reyhan sang pecinta kerapian kebersihan sangat frustasi melihat Melani begitu jorok. Melani tahu kalau Reyhan sangat tertekan berada di dekatnya. Dia melakukan semuanya dengan sengaja untuk membuat pria itu menolak menikah dengannya. Sebetulnya Reyhan sendiri juga tidak mau menikah dengan Melani, jika bukan karena tekanan dari kakeknya.
“Bersihkan itu.” Menunjuk wajah Melani seraya menyodorkan tiga lembar tissue padanya.
“Dasar Om Tua cerewet.” Mengomel dengan suara pelan. Melani mengambil tissue dari tangan Reyhan untuk membersihkan bibirnya. Pria itu segera membayar pesanan, tanpa berkata apa-apa mendahului Melani keluar dari dalam restoran menuju ke mobil. Melani menoleh kesana-kemari dia cemas Reyhan meninggalkannya sendirian di restoran tersebut.
Gadis itu segera berdiri lalu berlari menuju mobil Reyhan, Melani duduk di sebelahnya.
“Aku akan mengantarmu pulang ke rumah, karena aku harus ke kantor.” Ucapnya seraya menoleh pada gadis di sebelahnya. Melani tidak menyahut tapi malah komat-kamit menirukan ucapan Reyhan seraya cengar-cengir karena ketahuan menirukan ucapan pria itu dengan bibir mungilnya. Reyhan tiba-tiba beringsut mendekat, Melani kaget sekali segera memeluk tasnya erat-erat.
“Om Tua, kamu kenapa? Kesurupan?” Tanya gadis itu dengan tatapan takut. Reyhan mengambil sapu tangan dari dalam sakunya lalu mengusap pipi Melani, ada saus yang tertinggal di sana. Melani membeku, sesaat keduanya bertukar tatap satu sama lain lalu Reyhan melemparkan sapu tangannya pada wajah Melani.
“Bersihkan dengan benar!” Perintahnya pada gadis itu, padahal pipi Melani sudah bersih. Tidak ada apapun yang menempel lagi di sana setelah pria itu membersihkannya.
Melani masih membeku seraya menggenggam sapu tangan Reyhan. “Om Tua, sama sekali tidak jelek. Tapi tampan sekali, garis hidungnya bagus dan mancung, tulang rahangnya tegas, sinar matanya tajam namun terasa teduh. Tidak! Tidak! Sadarlah Mel, dia itu jauh lebih tua! Terlalu tua!” Keluh Melani dalam hatinya.
Melani melirik ke arah Reyhan, pria itu sedang duduk dengan menumpukan satu kakinya ke kaki lainnya. Reyhan terpaku pada berkas di atas pangkuan. Melani terus menatap wajah serius tersebut.
“Om?” Tegur-nya seraya menggigit bibir bawahnya, menarik ujung gaun di antara kedua pahanya. Posisi duduk Melani terlihat tidak tenang.
“Kenapa?” Sahut pria itu cuek, tidak peduli dan tidak menoleh ke arah Melani.
“Mela pengen pipis.” Ucap gadis itu dengan mata mengerjap spontan tubuh mungilnya bergetar karena menahan air kemih.
“Jak?”
“Iya Tuan Muda.”
“Carilah toilet terdekat di sini, kita berhenti dulu.”
“Baik Tuan Muda.”
“Omm, akhh, aduhhh, akhhh, Mela nggak kuat. Buruan Om, ahhh.” Melani menahannya seraya meremas lengan Reyhan, wajah gadis itu memerah menahan hajat.
“Jak? Buruan!” Ucapnya pada supirnya seraya meletakkan berkasnya. Dia sendiri kebingungan, Melani bukan gadis remaja lagi, dia sudah dewasa hanya saja tingkahnya terlalu manja dan merasa tetap menjadi anak remaja.
“Iya Tuan.” Jaka secepatnya menghentikan mobil di depan toilet umum. Melani turun dari dalam mobil dan gadis itu melompat seraya menekan kedua lengannya di antara kedua pahanya. Dia segera berlari kencang menuju ke kamar mandi. Reyhan ikut turun karena tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada gadis itu. Pria itu menunggunya di luar kamar mandi. Lama sekali tidak terdengar suara dari dalam sana. Reyhan mulai cemas, pria itu segera mengetuk pintu.
“Tok, tok, tok. Mela?” Panggilnya dari luar pintu. Tidak ada jawaban. “Mela? Kamu baik-baik saja di dalam?” Mulai cemas lalu memberanikan diri membuka daun pintu kamar mandi.
“Om..” Melani menunjuk ke arah roknya yang basah. “Mela ngompol, huaaaaaaa!!!!” Menangis sekencang-kencangnya seperti bayi.
“Astaga!” Reyhan segera masuk ke dalam untuk membekap mulutnya,wajah pria itu terlihat kesal. Dia sudah terlambat untuk jadwal meeting, belum lagi Melani terus membuat masalah sepanjang waktu.
“Diam, jangan menangis!” Bentaknya seraya melepaskan jasnya.
“Om mau ngapain?” Tanya gadis itu seraya menggigit ujung kukunya.
“Mau kubur kamu hidup-hidup!” Sahut Reyhan asal karena kesal.
Melani terlonjak kaget mendengar jawaban ketus meluncur dari bibir Reyhan. Gadis itu tahu Reyhan tidak mungkin melakukannya,“Om marah?”
“Lepas bajumu, sekarang.”
“Tapi Om..”
“Pakai ini!” Menyodorkan jasnya pada Melani, lalu keluar dari dalam kamar mandi tersebut.
Melani pikir Reyhan akan secepatnya memutuskan ikatan pertunangan mereka, tapi sepertinya yang dia inginkan tidak semudah itu terjadi. Melani mengambil jas tersebut lalu melepaskan gaunnya, dia mengenakan jas Reyhan tanpa gaun. Melani menangkupkannya rapat-rapat. Reyhan menunggunya di samping mobil. Dengan bibir cemberut Melani kembali masuk ke dalam. Untungnya Reyhan memiliki postur tubuh tinggi, jika tidak jas tersebut tidak akan sampai menutupi kedua lututnya.
“Apa lagi yang akan kamu rencanakan besok? Dasar bocah ingusan!” Geram Reyhan dalam hatinya. Hampir habis kesabarannya, jika dia tidak ingat dengan kesehatan kakeknya mungkin Melani sudah dia lemparkan ke jalan!
“Turun.” Perintahnya pada Melani setelah mobil tersebut tiba di depan kediaman megah milik gadis tersebut.
“Besok aku akan mengembalikan jas-nya.” Ucapnya seraya turun dari dalam mobil Reyhan dengan sangat hati-hati.
“Ambil saja, atau buang ke tempat sampah. Aku tidak akan memakai baju bekas!” Sahutnya dengan nada cuek dan dingin.
“Iya, aku akan menggunakannya untuk kain pel besok! Brraaaakkk!” Membanting pintu mobil dengan keras.
Karena geram Reyhan menurunkan kaca mobilnya. “Dasar cewek ingusan!” Dengusnya kesal.
Melani mendengar ucapan Reyhan segera memutar tubuhnya. “Dasar pria bangkotan!” Balas Melani seraya menjulurkan lidahnya.
“Hah! Awas kamu!” Reyhan mengepalkan kedua tangannya.