47

770 Kata

Hari mulai beranjak senja ketika Windu keluar dari kamar rawat Mama Lena. Udara rumah sakit terasa dingin dan lengang. Ia sempat berhenti sejenak di lorong, menunduk dalam, menarik napas perlahan. Ada rasa sesak di dadanya yang belum juga reda. Suara Mama Lena masih terngiang -ngiang di telinganya tentang harapan, kekecewaan, dan permintaan yang tulus. Windu memejamkan mata sejenak. "Berteman dengan Arga … selamanya," gumamnya lirih. Langkahnya membawa tubuh lelah itu ke lantai sebelah, ke kamar rawat pria yang diam -diam telah mengubah banyak hal dalam hidupnya. Di depan pintu, Windu berdiri mematung. Bukan karena takut, bukan karena bimbang, tapi karena rasa bersalah yang kembali menyeruak ke permukaan. Ia membuka pintu pelan. Arga tampak sedang duduk bersandar di ranjangnya, mengena

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN