Permaisuri ini melihat Kaisar

1390 Kata
Untuk pertama kalinya, Qian Qian mengunjungi tempat aneh lainnya. Tempat yang ia kunjungi bersama Wusan itu bukanlah sebuah tempat yang aneh di era modern. Itu hanyalah pusat perbelanjaan berlantai tinggi yang biasanya berdiri di kota-kota besar seperti Beijing. Wusan menatap ke arah gadis yang kini menjadi sepupunya itu, tampilannya begitu kuno dan tidak masuk akal. Tentu saja itu karena baju dan penampilan Qian Qian yang sangat sederhana, baju yang Qian Qian pakai sebenarnya bukanlah baju milik kakak sepupu Wusan, tapi lebih tepatnya milik bibi Wusan. Wusan hanyalah berbicara omong kosong, agar Qian Qian yang polos mau memakai pakaian itu. “Kau tampaknya begitu senang, jangan katakan ini adalah kali pertama kau pergi ke mall?” Wusan sepertinya akan mulai memainkan sedikit lulocon. “En. Apakah nama tempat ini adalah Mall? Di tempat tinggalku, kami hanya menyebutnya pasar. Dan baju-baju disana juga tidak sebanyak disini.” Qian Qian tersenyum cerah saat ia menatap Wusan. Wusan, “…..” Di sebuah mall besar itu, keduanya berbelanja. Tidak ada yang bisa mengerti kenapa Wusan bisa berbuat baik pada orang asing yang baru saja dikenalnya itu. Dan Qian Qian juga sudah membuang jauh-jauh rasa curiganya pada pria yang telah menolongnya, kini mungkin hanya Wusan yang bisa ia andalkan. “Aku berjanji akan membayar semua hal yang telah kau berikan ini.” Setelah dua jam berkeliling mall, kini tangan Qian Qian penuh dengan belanjaan. Mulai dari sepatu, tas, hingga pakaian. Wusan tersenyum, “Tentu saja kau harus membayarku. Gaji pertamamu harus kau gunakan untuk membelikanku makanan.” “En.” Qian Qian mengangguk senang. Keduanya melanjutkan perjalan mereka ke sebuah sebuah restoran untuk makan siang. Dan ketika mereka sedang makan, Wusan menyadari jika rambut panjang Qian Qian itu begitu mengganggu pergerakannya. Walau rambut hitam itu begitu indah, halus, dan hitam alami, tapi nyatanya di era modern ini sangat jarang perempuan untuk memiliki rambut sepanjang milik Qian Qian. “Ehm..Aku rasa kau sebaiknya memotong rambutmu sedikit. Itu akan sangat mengganggumu…” Begitu Qian Qian mendengar ucapan Wusan itu, matanya melotot. Itu adalah rambut panjang kebanggaannya, dan di dinastinya rambut panjang adalah suatu kewajiban yang harus dimiliki oleh setiap wanita. Wusan melirik Qian Qian dan kemudian melanjutkan, “Bekerja di museum mengharuskan seseorang untuk rapi. Dan jika rambut panjangmu ini mengganggumu, maka tidak akan ada lagi alasanmu ini untuk bekerja di sana.” Setelah mempertimbangkan segala ucapan Wusan yang cukup masuk akal itu, Qian Qian akhirnya setuju untuk memotong rambut panjangnya sedikit. “Bagaimana, bukankah lebih nyaman?” Wusan melirik Qian Qian dari cermin, wajah bulat gadis itu tampak begitu menawan sekarang. Dia bahkan jauh lebih cantik dengan rambut pendek sebahunya sekarang. “En. Aku merasa ini lebih ringan.” Ujar Qian Qian. Ketika malam semakin larut, keduanya memutuskan kembali ke apartemen mereka untuk kemudian beristirahat. Dan di waktu yang bersamaan Jingrui yang baru saja sampai di Beijing juga langsung pulang ke apartemennya. “Bawalah mobilku, besok kau masih harus menjemputku.” Jingrui berbicara dari luar mobil pada Qian Xi. “Baiklah, aku besok akan menjemputmu jam 8 pagi. Beristirahatlah ge.” Qian Xi membalas ucapan Jingrui dari dalam mobil sebelum akhirnya ia menyalakan mesin mobil. “Eh..” Tiba-tiba Jingrui yang sudah berjalan kembali berbalik dan memanggil Qian Xi. Qian Xi menoleh dan memasang wajah penasaran. Hingga kemudian Jingrui berkata, “Ada tonik untuk orangtua mu di kursi penumpang. Aku membelikan mereka secara terpisah.” Qian Xi tersenyum dan kemudian berlalu pergi. Dengan langkah berat Jingrui berjalan menuju unit apartemennya. Ia masuk ke dalam dan secara otomatis lampu menyala. Mata lelah yang ingin segera beristirahat itu tiba-tiba melotot seolah akan melompat keluar begitu melihat rumahnya yang biasanya rapi kini menjadi seperti kandang babi. “Xiao Chuan!!!” Teriakkan Jingrui memekkan telinga dan bergema di seluruh ruangan. Xianzi, anjing berbulu tebal itu segera berlari begitu mencium aroma tubuh majikannya itu. Dan seorang pria muda keluar dari kamar mandi sambil memakai handuk, rambutnya masih penuh dengan sampo. “Ge, kau sudah kembali. Aku berniat membereskan…..” Jingrui sudah membungkam mulut Xiao Chuan dan memotong ucapannya, “Cepat bereskan sekarang juga!!!” Xiao Chuan yang begitu angkuh kini tampak seperti anjing malang yang baru saja jatuh ke dalam air got. Rambutnya masih basah ketika ia membereskan ruangan yang sangat berantakan itu. Tatapan membunuh seorang Xiao Jingrui masih memonopoli pergerakan Xiao Chuan, memastikan agar adik sepupunya itu tidak meninggalkan satu helai rambut pun di ruangan berharganya itu. Setelah dua jam berkutat dengan kebersihan, Xiao Chuan akhirnya selesai. “Bukankah kau seorang dokter, kau harusnya bisa memberi contoh untuk selalu hidup bersih. Apa kau mengajarkan pasienmu untuk hidup jorok.!!” Omelan Jingrui tidak pernah berakhir. Walau tubuhnya sangat letih, tapi pikirannya sepunuhnya masih sadar. Dan Xiao Chuan hanya bisa duduk dan meringkuk dengan menyedihkan ketika mendengar omelan kakak sepupunya yang terdengar seperti omelan ibu tiri itu. “Ge, aku sudah menemukan orang yang kau cari. Besok dia akan datang ke kantormu.” Berniat untuk mengalihkan topik, Xiao Chuan dengan cerdas segera berbicara mengenai karyawan yang sedang dicari oleh Jingrui. “Kita bicara besok saja. Aku akan beristirahat untuk malam ini. Setelah memberikan camilan untuk Xianzi, kau boleh beristirahat. Ada sesuatu untukmu di koperku.” Jingrui secara acuh tak acuh berbicara sebelum kemudian berjalan menuju kamarnya. Di ruang tamu, Xiao Chuan sudah diliputi rasa bersyukur. Ia menari-nari seperti orang gila bersama Xianzi. Gerakannya berhenti ketika ia berada tepat di depan koper Jingrui, dan ia dengan muda membuka koper Jingrui yang sebelumnya sudah ia ketahui pass-codenya. Tangan ramping Xiao Chuan menggeledah barang-barang yang ada di koper kecil itu. Dan wajahnya yang penuh semangat tiba-tiba mengerut, “Di mana oleh-olehku?” Karena tidak sabar, ia membuka kamar Jingrui dan Jingrui yang saat itu membuka pakaiannya cukup terkejut, “Apa kau tidak bisa mengetuk dulu?” “Aiya ge, kita kan bersaudara. Dan aku juga bukanlah seorang perempuan. Eh, dimana oleh-oleh ku?” Xiao Chuan bertanya dengan wajah penuh kebahagaiaan. Xiao Jingrui berkata secara acuh tak acuh, “Ada di bawah lipatan jas, paper bag berwarna hitam. Buka saja, itu milikmu.” Pintu kamar tertutup, dan Xiao Chuan langsung berlari menuju koper itu. Di usianya yang bahkan sudah menginjak 24 tahun, ia masih terlihat begitu kekanak-kanakan. Saat di rumah sakit, ia akan dikenal dengan sosok malaikat tampan yang cerdas, dingin dan mempesona. Tapi Xiao Chuan yang berada di rumah, hanyalah laki-laki manja yang selalu bergelantungan di hidup Xiao Jingrui. Tangannya kini meraih paperbag berwarna hitam. Dari luar, Xiao Chuan bisa merasakan kotak keras yang sepertinya adalah bungkus dari oleh-oleh itu. Tablet baru, handphone baru, dan benda-benda canggih lainnya sudah berada di otak Xiao Chuan dan secara membabi buta ia membuka paperbag itu. Wajah senangnya kini berubah menjadi gelap, “Apa-apaan ini?" Xiao Chuan membaca sebuah kalimat berbahasa Inggris, " How to be normal?’, Xiao Jingrui!!! Kau mempermainkanku?!” Xiao Chuan berteriak seolah oleh-oleh pemberian kakak sepupunya itu adalah sebuah bom atau kotoran hewan. Tapi nyatanya itu adalah jendela dunia, itu adalah sebuah buku tebal berjudul ‘How to be Normal?’. Begitu melihat judulnya, orang akan tau jika buku itu memang cocok untuk manusia labil dan picicilan seperti Xiao Chuan. Di pagi hari berikutnya, Jingrui seperti biasa sudah bangun lebih awal. Setelah membuat sarapan dan memberi makan Xianzi, ia bergegas mengetuk pintu kamar Xiao Chuan. Tapi Xiao Chuan sepertinya sudah mati, ia bahkan tidak menjawab atau mengeluarkan suara apapun. Jingrui membuka pintu dan melihat manusia yang tidak lain adalah adik sepupunya itu tengah tidur dengan lelap. “Bangun, kau akan terlambat ke rumah sakit.” Jingrui menyerah untuk berteriak dan memilih untuk bersikap lembut. “Ge, aku masuk shift siang hari ini. Biarkan aku tidur sebentar..” Xiao Chuan bergumam sebelum akhirnya kembali menutup matanya. Karena alasan adik sepupunya sudah jelas, maka Jingrui tidak memaksanya lagi. Sewaktu akan menyelimuti Xiao Chuan, Jingrui melihat buku yang ia berikan pada Xiao Chuan tadi malam. Ia kemudian tersenyum dan berbicara dengan nada rendah, “Aku tau kau akan membacanya.” Ia kemudian keluar dari kamar dan bersiap untuk berangkat ke kantor. Di tempat parkir, Qian Xi sudah menunggu Jingrui. Dan keduanya langsung berangkat menuju kantor Museum. Di waktu yang hampir bersamaan saat Jingrui baru saja tiba di kantor, Qian Qian juga baru saja turun dari mobil Wusan. “Semangat, kau pasti bisa. Aku akan menjemputmu nanti siang.” Wusan berlalu dan meninggalkan Qian Qian yang masih berdiri di depan sebuah gedung. Qian Qian kemudian menyemangati dirinya sendiri dan bergegas masuk ke dalam gedung itu. Ia nampak kebingungan, saat banyak orang yang menatapnya. Langkahnya terhenti ketika ia melihat sosok kaisar Xian tiba-tiba muncul di depan matanya lagi. “Kaisar…” Qian Qian berlari ke arah Jingrui yang saat itu baru saja akan memasuki kantor.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN