Malam yang dingin, butiran salju turun dari langit dan membuat atap istana Fenghuang menjadi berwarna putih. Dari luar istana terlihat cahaya terang dari lentera, dupa dan wewangian juga tercium disekitar istana Feng Huang permaisuri itu. Beberapa pelayan istana dan kasim juga terlihat berdiri di sisi kanan dan kiri luar istana . Melihat jauh ke dalam, ada dua orang yang kini tengah di mabuk cinta. Kaisar Xian mencium aroma the bunga osmanthus kesukaannya sebelum akhirnya menyesapnya, “Katakan permaisuriku. Aku tau kau menyimpan sesuatu untuk dikatakan padaku kan?”
Tidak perlu kata-kata yang keluar dari bibir permaisuri Xianmu, wajah cantik milik permaisuri Xianmu yang sedikit berbeda sudah memberitahu kaisar Xian bahwa ia memiliki sesuatu untuk dikatakan. Sejak muda permaisuri Xianmu memang terkenal cerdas, rasa keingintahuannya melebihi siapa pun yang ada di dunia ini. Hanya saja, begitu menjadi seorang wangfei dia berhenti melakukan hal-hal yang nantinya akan mempermalukannya. Permaisuri Xianmu lebih banyak diam dan bersikap tenang, sangat jauh berbeda dengan dirinya dimasa remajanya yang aktif.
Permaisuri Xianmu berbicara dengan ragu-ragu, “Hmm..itu, malam ini adalah malam pernikahan yang mulia dengan para selir. Tapi kenapa yang mulia berada disini? Bukankah seharusnya anda menghabiskan malam dengan salah satu selir baru anda?”
Mendengar ucapan permaisurinya itu, kaisar Xian tersenyum licik. Kaisar Xian mulai menggoda permaisurinya lagi, “Kenapa? Apa permaisuri tidak menyukai kalau aku berada disini?”
Permaisuri Xianmu mulai bereaksi, matanya sedikit melotot. Ini bukanlah jawaban yang seharusnya kaisar Xian berikan pada dirinya. Mendengar pertanyaannya kembali dijawab dengan pertanyaan, permaisuri Xianmu dengan sedikit kesal menjawab, “Tidak, tidak, tentu saja tidak. Hamba tidak akan berani, ini adalah istana kaisar jadi mana mungkin…”
Melihat tingkah laku menggemaskan permaisuri Xianmu, kaisar Xian tidak bisa tidak tertawa. Wajah kaisar Xian memerah karena tertawa terbahak-bahak. Bahkan sebelum permaisuri Xianmu menyelesaikan pernyataannya, kaisar Xian sudah berbicara, “Hahahahah, permaisuri Xianmu kau benar-benar lucu sekali. Di masa lalu kau pasti akan menendangku begitu mendengar aku berbohong dan menggodamu.”
Kaisar Xian menghentikan tawa kerasnya, wajahnya tiba-tiba berubah menjadi tenang, kemudian ia kembali berkata, “Di masa itu aku benar-benar bahagia. Kakak masih berada di sisiku dan aku tidak sesibuk sekarang. Dulu, waktuku selalu ku habiskan untuk menggodamu, dan aku benar-benar bahagia.”
Permaisuri Xianmu tersenyum mendengar celotehan kaisar Xian, dia juga merasa waktu itu adalah masa yang paling indah. Dimana hanya ada mereka, hanya ada Wangye Liu Xie dan wangfei Cao Jie.
Permaisuri Xianmu menambahkan, “Kaisar benar, dulu aku berani menendang kaisar. Apakah kaisar ingat? Sewaktu di pasar aku marah-marah pada yang mulia?”
Ingatan tentang pertemuan pertamakali mereka kembali terputar di kepala Kaisar Xian, “Waktu itu aku berpikir kau sangat menyeramkan. Permaisuri bahkan dengan berani membekap mulutku dengan kedua tanganku. Saat itu aku pikir kau benar-benar gadis konyol.”
Permaisuri kembali menuangkan teh bunga osmanthus ke dalam cangkir kaisar Xian yang sudah kosong. Wajahnya tersenyum ketika ia berkata, “Bukankah itu karena kaisar takut kecoak. Hmm, apa saat ini kaisar masih takut? Ah, bukankah di daerah perang akan selalu ada binatang seperti itu, kenapa kaisar bisa takut?”
Kaisar Xian mengambil cangkir berisi teh dan menyesapnya lagi, setelah itu ia berbicara dengan nada acuh tak acuh, “Hmm itu, pokoknya aku membenci binatang itu. Daerah perang memang kumuh, tapi beruntungnya aku selalu berhasil melarikan diri dari hewan menjijikan itu. Sewaktu kecil si bocah tengik Chu Fei Yang itu pernah menakut-nakuti ku menggunakan kecoak. Ia menaruh beberapa kecoak di tempat tidurku, beruntung Si Zhui menyelamatkanku dan membunuh semua binatang itu.”
Kaisar Xian dan permaisuri Xianmu mengingat dan bercerita kembali tentang masa lalu mereka yang penuh dengan kekonyolan. Hingga akhirnya permaisuri Xianmu teringat pertanyaan awalnya yang belum dijawab oleh kaisar Xian.
“Kaisar belum menjawab pertanyaanku.” Permaisuri Xianmu menuangkan the hangat ke cangkir kaisar Xian yang sudah kosong lagi.
Melihat wanitanya itu masih belum bisa melepaskan pertanyaan awalnya itu, kaisar Xian menghela nafas, “Kau masih cerdas permaisuriku. Aku bahkan sudah melupakannya. Hmm, mengenai itu aku yakin kau sudah tau jawabannya. Bukankah aku sudah mengatakannya padamu bahwa hal yang seharusnya menjadi milikmu tidak akan pernah aku berikan pada orang lain. Lagi pula aku tidak bisa menyentuh adikmu, dia juga seperti saudara bagiku.”
Permaisuri Xianmu semakin tertarik dengan pokok pembahasan ini, “Lalu, bagaimana dengan selir-selir yang lain? Aku merasa mereka cukup baik. Ah, selir Fu tampaknya sangat baik. Bukankah dia tidak ada hubungan apa-apa dengan kaisar?”
Permaisuri Xianmu diam sejenak sebelum akhirnya kembali melanjutkan pertanyaannya, “Bukankah dia wanita yang cantik dan elegan?”
Ada raut kekecewaan di hati kaisar Xian ketika ia mendengar permaisuri berusaha untuk menjodohkannya dengan para selir istana itu. Tapi kaisar Xian mengerti kekhawatiran permaisurinya itu, jadi ia hanya bisa tersenyum. Tapi wajah permaisuri yang sama sekali tidak menunjukkan ketulusan saat ia bertanya membuat kaisar Xian tertawa geli. Kaisar Xian tahu betul bahwa ada kecemburuan dibalik pertanyaan kedua permaisurinya itu.
Kaisar Xian menarik pipi permaisuri Xianmu yang lembut seperti kapas, “Aiya, permaisuriku sedang cemburu yah? Jadi sekarang giliranku yang menjawabmu.”
Tapi sebelum menjawab pertanyaan permaisuri Xianmu, terlebih dahulu kaisar Xian menarik permaisurinya itu. Dengan santai kaisar Xian merebahkan badannya dan menggunakan paha permaisuri Xianmu sebagai bantalnya. Kaisar Xian memejamkan matanya seolah malas menjawab pertanyaan itu, “Pertanyaan pertama sudah aku jawab dan itu sudah jelas. Dan mengenai pertanyaan kedua…aku akan menjawabnya. Tapi sebelum itu kau harus berjanji padaku?”
Permaisuri Xianmu, “Apa itu Yang Mulia?”
“Kau harus memberiku hadiah.” Wajah kaisar Xian berbinar-binar. Tatapan liciknya akan membuat siapa pun yang melihatnya menjadi iba.
Dengan ragu-ragu permaisuri Xianmu menjawab, “Hmm itu..baiklah.”
Karena kesepakatan berhasil dicapai maka kaisar Xian mulai berceloteh, “Dulu selir Fu adalah calon permaisuri negeri ini. Jauh sebelum kakak meninggal, mereka berdua sudah dijodohkan. Ibu suri yang tidak lain adalah ibuku begitu menyukai selir Fu. Selain itu klan Fu masih kerabat dari ibu suri. Tapi apalah daya manusia, surga tidak mengizinkan mereka untuk menyembahnya. Kakak harus pergi dan pernikahan pun batal. Tapi tidak ada yang berubah dari semua itu, aku masih menganggapnya sebagai calon istri kakak, jadi apakah mungkin aku menyentuh kakak iparku sendiri. Dan juga…”
Permaisuri Xianmu semakin tertarik, “Dan juga..apa?”
Kaisar Xian bangkit dari posisinya dan menatap permaisuri Xianmu dengan tatapan penuh cinta, “Dan juga, mana mungkin aku meninggalkan permaisuriku yang begitu aku cintai. Kau adalah satu-satunya milikku, dan aku tidak akan pernah membagi apalagi memberikan cintaku pada wanita lain.”
Malam pengantin yang seharusnya kaisar Xian habiskan bersama kedua selir barunya itu berubah menjadi malam indah bersama permaisuri Xianmu.
*/
Saat fajar menyingsing sudah ada 2 pelayan yang berlarian menuju majikan mereka masing-masing. Pelayan pertama berlari ke pavilion selir Hua, pelayan itu nampak terengah-engah saat sampai didepan nyonyanya itu.
“Ada apa?” Selir Hua bertanya dengan nada santai.
“Itu..itu, apakah yang mulia tau kalau kaisar menghabiskan malam bersama permaisuri Xianmu?” ujar pelayan itu dengan nada memprovokasi.
Selir Hua terdiam sejenak hingga akhirnya senyum terpancar dari sudut bibirnya, “Aku tau, lalu kenapa? Kaisar tidur bersama permaisuri, itu adalah hal yang wajar.”
Wajah pelayan pembawa kabar itu nampak kecewa melihat reaksi selir Hua. Sungguh terlihat diwajah pelayan itu bahwa bukan ini reaksi yang diharapkannya. Pelayan itu berharap selir Hua akan marah dan mengamuk karena mendengar berita ini, tapi nyatanya darah lebih kental daripada air, setidaknya itulah yang terjadi saat ini.
Di lain sisi, pelayan selir Fu sudah berada tepat di kaki nyonyanya. Selir Fu tampak merias wajahnya sebelum kegaduhan mulai terjadi.
Pyarr…
Suara pecahan beling dari cangkir teh yang dilempar selir Fu itu memecah kegaduhan. Sungguh berbeda reaksi yang terjadi di pavilun milik selir Hua, reaksi selir Fu sungguh berapi-api. Wajah cantiknya yang telah terpoles bedak seolah berubah menjadi wajah iblis yang berapi-api.
“Kurang ajar, rubah kecil itu benar-benar memiliki sihir tersembunyi. Apa dia tidak terlalu serakah? Wajahnya yang cantik sudah membuatku iri, dan juga posisinya sudah membuatku mendidih. Dan kini dia bahkan tidak mau membagi kaisar padaku?” Selir Fu berkata dengan kejam.
Pelayan selir Fu tampak senang melihat reaksi majikannya itu. Pelayan itu menyiram minyak kea pi yang menyala-nyala seraya berkata, “Ini sungguh memalukan? Bagaimana kalau penghuni istana lain tau? Yang Mulia Guiren pasti lebih malu.”
Wajah selir Fu gelap, seperti awan hitam yang menyelimuti pagi cerah. Amarahnya mulai membara begitu pelayan itu memprovokasinya. Kecemburuan dan ketidaksukaannya ada permaisuri Xianmu mulai tumbuh dan mendarah daging.
“Lihat saja nanti permaisuri, ini tidak akan bertahan lama. Akan aku pastikan kau merangkak turun dan singgasana Phoenix itu.” Permaisuri Fu berkata dengan kejam.
Sapaan pagi adalah sesuatu yang wajib bagi para wanita kaisar. Karena kegilaan yang terjadi semalam antara permaisuri dan kaisar, permaisuri Xianmu menjadi sedikit kelalahan saat ia bangun. Mian Mian baru saja menyiapkan air hangat di bak mandi untuk digunakan oleh permaisuri. Hingga setelah kulit ditubuhnya menyentuh air hangat, permaisuri merasa rasa lelahnya sedikit menghilang.
Setelah berpakaian dan berhias, permaisuri Xianmu duduk untuk bersiap sarapan. Tangannya yang ramping mengaduk bubur hangat yang ada di depannya. Baru 3 sendok sang permaisuri memakan buburnya, para selir sudah berada di luar istana Feng Huang untuk penghormatan pagi.
“Apakah hamba perlu menyampaikan pada para selir agar mereka menunggu?” Mian Mian dengan hati-hati berkata.
“Tidak perlu, suruh para selir itu menungguku di aula Fenghuang, aku akan segera kesana.” Wajah permaisuri Xianmu masih setenang biasanya, ia sama sekali tidak menunjukkan rasa jengkel karena sarapannya terganggu. Setelah berkumur dan menyeka mulutnya, permaisuri Xianmu segera bertolak ke aula istana Fenghuang.
“Salam yang mulia permaisuri.” Para selir membungkuk begitu permaisuri Xianmu datang. Ini adalah sesuatu yang wajib dilakukan oleh para selir, selain itu mereka juga harus melalukan penghormatan setiap hari pada janda permaisuri agung.
Permaisuri Xianmu tersenyum dan berkata, “Saudariku sekalian, kalian boleh duduk.”
Melihat situasi yang canggung dan tidak ada yang berani berbicara terlebih dahulu, selir Fu yang tampak dominan segera bersuara, “Yang mulia permaisuri, anda begitu beruntung. Kaisar nampaknya sangat mencintai anda, bahkan tadi malam kaisar bermalam di istana Fenghuang. Mungkin yang mulia bisa memberi kami saran agar yang mulia kaisar juga bisa menerima kami.”
Mendengar ucapan selir Fu yang begitu berani ini, para selir tidak hanya mulai ketakutan tapi juga takjub. Dengan klan Fu dan fraksi timur yang menaunginya, tentu saja selir Fu sangat berani bahkan jika lawan bicaranya adalah seorang ibu negara. Selain itu, para selir yang merasa bahwa permaisuri sedikit egois bisa sedikit lega saat aspirasi mereka bisa tersampaikan melalui mulut selir Fu. Dengan kata lain mereka tidak perlu mempertaruhkan nyawa mereka.
Mendengar ucapan selir Fu itu, permaisuri Xianmu tersenyum. Permaisuri adalah seseorang yang amat sangat cerdas, jadi ia tau dengan baik maksud dari kata-kata selir Fu. Maksud pertama, itu bertujuan untuk menyindir permaisuri Xianmu yang terkesan egois karena tidak mengizinkan kaisar bermalam bersama selir. Yang kedua, selir Fu bukannya meminta saran tapi lebih untuk menguji ketulusan hati permaisuri Xianmu. Dengan dua alasan ini selir Fu bisa mempengaruhi pemikiran para selir agar mereka semua membenci permaisuri.
Bahkan sebelum permaisuri Xianmu menjawab pertanyaan selir Fu, selir Hua sudah berbicara terlebih dahulu, “Aiya selir Fu, semua rakyat di negeri ini sudah tau kalau yang mulia kaisar begitu mencintai permaisuri. Lalu apa masalahnya jika ia ingin menghabiskan malam dengan permaisuri? Lagi pula itu adalah kehendak kaisar. Ucapan selir Fu tadi benar-benar seperti menyudutkan yang mulia permaisuri.”
Mendengar Cao Hua menjawab untuk kakaknya, para selir hanya bisa menahan napas. Mereka tidak berani untuk mendukung selir Fu. Sementara itu tatapan selir Fu menjadi semakin ganas, ia melirik Cao Hua dan dengan acuh tak acuh berbicara, “Selir Hua memang adik yang baik. Bukankah kau juga selir, seharusnya kita saling mendukung.”
Permaisuri Xianmu hanya diam dan menyaksikan perdebatan antara adiknya dengan selir Fu. Mendengar ucapannya di balas oleh selir Fu, selir Hua tersenyum dan mencibir, “Sebagai seorang selir kita juga harus cerdas. Sangat mustahil bagi permaisuri untuk menguasai kaisar untuk dirinya sendiri, mengingat permaisuri sendirilah yang menangani pemilihan selir tahun ini. Bukankah ini sudah cukup untuk menunjukkan kemurahan hatinya. Selain itu, jika kau ingin kaisar bermalam di paviliun mu sebaiknya kau harus mengatakannya secara langsung pada kaisar.”
Selir Fu tidak bisa berkata-kata lebih jauh lagi. Wajahnya semakin suram saat ia dikalahkan oleh seorang Cao Hua. Sementara itu Cao Hua sangat puas ketika ia mengedipkan sebelah matanya pada permaisuri Xianmu.
Permaisuri Xianmu berbicara, “Aku mengerti kekhawatiran kalian sebagai selir. Tentu saja kalian juga menginginkan cinta kaisar. Aku tidak bisa memberi saran, tapi kalian harus tau kalau rasa cinta itu melibatkan perasaan. Kalian harus berusaha sendiri untuk bisa mendapatkan hati kaisar Xian.”
Setelah mendengar ucapan permaisuri itu, semua selir langsung tertunduk. Bagaiamana mungkin mereka bisa menang melawan seorang “Xianmu”. Permaisuri Xianmu tidak hanya cantik, tapi ia cerdas dan anggun. Lahir dari keluarga yang berpengaruh membuat permaisuri Xianmu menjadi tak tertandingi lagi.