Apakah aku sudah mati?

1369 Kata
Pasukan yang tiba-tiba menyerang rombongan permaisuri itu tampak hanya seperti bandit liar yang akan merampok. Dan jika itu benar, maka Chenjing milik Si Zhui sudah lebih dari cukup untuk menebas kepala para pemberontak itu. Tapi jumlah pengawal pria yang saat itu mengawal permaisuri hanya berjumlah sepuluh orang. Walau Lan Si Zhui sangat mahir dan bisa dengan mudah mengusir bandit ini, tapi ia akan cukup kewalahan. Sementara para pasukan istana pengawal sudah mulai berjatuhan dan kalah dari serangan para penjahat itu, Si Zhui dengan hati-hati masih berdiri di depan permaisuri. Chenjing tidak pernah berhenti berayun, Si Zhui mulai kewalahan, “Mian Mian, bawa permaisuri pergi dari sini. Cepat!! Aku akan mengulur waktu.” Mian Mian mengangguk dan segera menyeret permaisuri pergi. Permaisuri Xianmu bukanlah gadis muda yang bisa bebas berlarian seperti dulu, kini ia sedang hamil dan kondisinya lemah, berlari hanya akan membuatnya semakin kelelahan. Tapi nampaknya pimpinan penjahat itu menyadari jika mangsa yang berharga telah melarikan diri. Maka pimpinan penjahat itu mengarahkan kudanya untuk mencari keberadaan permaisuri. Dua orang wanita lemah yang bahkan tidak akan bisa membunuh ayam, dan salah satunya sedang hamil, sementara penjahat yang berada dibelakang mereka menungangi kuda dengan kecepatan tinggi, tentu saja mereka tidak akan bisa lolos dari penjahat itu. Mian Mian melihat pejahat yang mendekat, ia kemudian mengambil pedangnya. Walau pun Mian Mian adalah seorang ahli pedang, tapi ia akan kesulitan menangani jika jumlah lawannya lebih banyak. Maka ia dengan panic berkata, “Yang mulia bersembunyilah, larilah sejauh mungkin. Hamba akan menghalangi para penjahat itu.” Mian Mian adalah pelayannya yang paling berharga, dan tentu saja permaisuri Xianmu tidak bisa meninggalkannya, “Tidak! Aku..” “Yang mulia, ini demi calon putra mahkota. Larilah, ini adalah permintaan terakhir Mian Mian sebagai b***k yang mulia. Terima kasih atas segala kebaikan yang mulia, Mian Mian berjanji akan membalas yang mulia di kehidupan berikutnya.” Situasi yang genting tiba-tiba menjadi begitu menyedihkan. Kata-kata Mian Mian sepertinya adalah kata-kata terakhir yang mungkin saja akan didengar oleh permaisuri Xianmu. Air mata menetes membasahi pipi permaisuri, ia kemudian tersenyum pahit dan membalikkan badannya untuk kemudian berlari. Bayangan Mian Mian mulai samar, dari jarak yang mulai cukup jauh, permaisuri Xianmu melihat tubuh lemah Mian Mian mengayunkan pedangnya. “Bunuh b***k ini.” Seorang penjahat dengan dingin memberi perintah. Tidak perlu menunggu hingga waktu satu dupa untuk membunuh seorang wanita. Hanya dengan satu kali ayunan pedang, penjahat itu menebas d**a Mian Mian hingga akhirnya tubuh b***k malang itu terkapar bersimbah darah. Salah seorang penjahat berkata, “Buang mayat wanita ini ke bawah tebing.” Sementara para penjahat itu mengurus Mian Mian, pemimpin kawanan penjahat itu masih mengejar permaisuri. Kuda hitam yang ditunggangi pemimpin penjahat itu dengan santai melangkahkan ke empat kakinya, suara kuku kuda yang menyentuh batuan keras berbunyi. “Kau sudah tidak bisa melarikan diri lagi yang mulia.” Suara dingin pemimpin penjahat itu terdengar dari balik topeng yang ia pakai. Dari suaranya, itu bukanlah suara laki-laki, dan melihat postur tubuh menjahat itu, bisa di pastikan itu adalah wanita. Mata permaisuri Xianmu sudah menunjukkan kepanikan, kali ini ia benar-benar terpojok. Di belakangnya ada penjahat, sementara jika ia berlari lebih jauh, maka jurang tanpa dasar akan menyambut mayatnya. “Aku akan memberikan semua perhiasanku, cincin batu giok, dan semua hartaku. Aku berjanji akan mengampunimu, tapi biarkan aku hidup. Aku sedang hamil, anakku…” Permaisuri Xianmu memelas, berharap penjahat itu mau berbaik hati dan melepaskannya. Penjahat itu dengan santai turun dari kudanya, pedangnya masih ia pegang dengan erat. Walau wajahnya tertutup, kedua mata yang terlihat dari sela topeng itu masih bisa menunjukkan sinar mengerikan dan aura membunuh, “Hmmph, kau begitu sombong permaisuri. Harta, aku bisa memilikinya dengan mudah. Tapi apa kau akan memberikan kaisar padaku jika aku memintanya?!!” Penjahat itu mendekat dan mengayunkan pedangnya ke arah permaisuri. Mendengar suara penjahat itu, permaisuri merasa jika suara itu benar-benar familiar. Tatapan permaisuri Xianmu beralih ke pedang yang kini mengarah ke arahnya. Matanya membelalak ketika ia melihat ukiran bunga di pedang itu, dan sebuah karakter yang ia kenali. “Cao Hua!! Kau…” Permaisuri Xianmu menyadari, pedang itu adalah pedang kesayangan adik bungsunya. Bagaimana tidak, setiap kali Cao Hua pulang dari medan perang, ia akan membersihkan pedangnya itu lalu memerkannya pada kedua kakaknya. Jadi tidah heran jika pedang yang sudah membunuh jutaan musuh itu sangat dikenali permaisuri. Topeng yang menutupi wajah cantik itu terlepas, dan benar saja itu adalah Cao Hua! Siapa yang mengira jika seorang selir berani menyergap permaisuri. Dan kejamnya, selir itu adalah adik kandung permaisuri sendiri. “Kakak, aku sudah muak dengan semua ini. Kau berniat menolongku, tapi nyatanya itu bukanlah pertolongan. Kau mau aku mengakui jika anak yang aku kandung ini adalah anak haram. Aku juga seorang wanita, bagaimana mungkin aku bisa membiarkan anakku menderita di masa depan.!!” Cao Hua meraung. Melihat adiknya yang sudah mulai kehilangan akal sehatnya itu, permaisuri Xianmu juga membentak, “Kau, apa kau tau apa yang kau lakukan sekarang?!! Kau akan di hukum karena melakukan kejahatan ini!!” “Tidak, aku tidak akan membiarkan diriku menderita lagi. Aku akan membuat kakak merasakan bagaimana rasanya penderitaan! Anakku ini akan menjadi anak kaisar, dan aku akan menjadi permaisurinya.!!” Dengan kejam Cao Hua kembali mengayunkan pedangnya. Permaisuri Xianmu hanya bisa melangkah mundur secara perlahan, dan suara bebatuan kecil yang jatuh mulai terdengar. “Aku mohon, Cao Hua. Aku adalah kakakmu, aku kakak kandungmu.!!” Untuk terakhir kalinya permaisuri Xianmu memohon, berharap iblis yang merasuki adiknya itu akan pergi. “Hmmph, sekarang kau tau bagaimana caranya memohon, tapi sayangnya ini sudah terlambat kakak….” Pedang yang di pegang oleh Cao Hua itu menembus d**a permaisuri Xianmu, darah mengalir membasahi pedang itu. “Langit, a, kan,,menghu,kum,mu..”Permaisuri Xianmu merasakan tubuhnya mulai lemah, darah juga mengalir dari mulutnya. Ketika langkahnya tidak lagi kokoh, tubuhnya secara alami jatuh ke bawah jurang. Tanpa ekspresi kasihan sedikitpun, Cao Hua melihat ke bawah jurang, tapi ia tidak melihat apa-apa. Jurang itu adalah jurang yang sangat dalam, tidak ada yang tau, apa yang sudah menantikan permaisuri Xianmu dibawahnya. Cao Hua kemudian berbalik dan kembali memasang topengnya, melihat jalan sudah di penuhi darah, ia kemudian bertanya pada bawahannya, “Di mana yang lainnya?” “Lapor yang mulia, b***k itu sudah kami lukai, ia sudah dalam keadaan kritis saat kami membuang tubuhnya ke jurang, hamba yakin ia akan mati. Kami juga melakukan hal yang sama pada pengawal Lan Si Zhui.” Penjahat itu memperlihatkan barang-barang berharga yang ada di gerbong dan mengambilnya, berusaha untuk memanipulasi lokasi kejadian seolah-olah banditlah yang telah merampok permaisuri. “Jangan sampai ada kesalahan. Ingat!! Nyawa generasi kita adalah taruhannya.!!” Selir Hua berkata. Setelah memastikan semuanya telah di atur dengan baik, selir Hua dan para bawahannya bergegas meninggalkan lokasi kejadian. Di gunung itu sekarang hanya ada mayat dan darah yang mengalir, sungguh pemandangan yang mengenaskan. Sementara itu di istana Weiyang… “Lapor yang mulia.” Seorang penjaga tiba-tiba datang dan memasuki istana Long Gong. Janda permaisuri, Chu Fei Yang dan para selir yang saat itu tengah melihat kaisar Xian, tampak terkejut. “Apa yang terjadi?” Janda permaisuri bertanya. Penjaga itu tampak ketakutan, “Rombongan yang mulia permaisuri di serang oleh kawanan bandit. Dan yang mulia permaisuri menghilang…” Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut janda permaisuri agung, kakinya seketika menjadi lemah dan ia pingsan. Beruntung Chu Fei Yang berada di sampingnya dan dengan sigap menangkap tubuh rentan janda permaisuri agung itu. Sementara para selir terkejut, selir Fu melihat sekeliling dan tidak menemukan selir Hua. Wajah Chu Fei Yang juga seketika menjadi pucat, ia melirik ke arah kaisar, dan hatinya diam-diam berbicara, “Kakak sepupu, bencana macam apa ini? Kau sebaiknya cepatlah bangun, nyawa permaisuri dalam bahaya.” Jika kaisar Xian tidak dalam kondisi lemah seperti sekarang, dan ketika berita ini sampai di telinganya, ia mungkin akan segera berlari untuk menyelamatkan nyawa permaisuri Xianmu dan memotong tubuh para penjahat itu. “Lalu apakah permaisuri akan berusaha mencari bunga lotus ini untukku kalau di masa depan aku sakit?” “Aku.., aku akan menemukannya untuk kaisar. Walau harus melintasi dunia lain aku akan menemukannya untuk kaisar. Tapi aku yakin aku tidak akan melakukan hal itu, karena aku percaya kaisar akan selalu sehat dan panjang umur.” Percakapan itu masih terngiang di benak permaisuri Xianmu. Entah apa yang tengah terjadi pada tubuhnya sekarang, tapi ketika matanya tertutup ingatannya mengenai kaisar Xian masih ada. Hingga akhirnya matanya perlahan terbuka, ada sebuah cahaya kecil yang samar-samar menusuk matanya. Batinnya bergejolak, “Apakah aku sudah mati?”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN