Matahari akhirnya terbit ketika suhu di pegunungan Lan Ling menjadi semakin dingin. Itu adalah pagi yang sangat cerah, di mana udara di pegunungan yang akan selalu sejuk. Saat itu permaisuri Xianmu sudah terjaga, ia bahkan tidak cukup beristirahat di malam hari. Ia hanya tertidur sekitar 3 jam sejak ia menyelesaikan lantunan sutra Buddha dan terus berdoa. Tapi perguruan Baiduk bukanlah perguruan yang tidak displin dan membiarkan muridnya untuk bangun terlambat. Bahkan sebelum matahari memancarkan sinarnya, para murid muda dari perguruan Baiduk sudah berlatih.
“Para bocah itu sungguh lincah.” Melihat Lan Si Zhui yang tengah mengamati para murid muda perguruan Baiduk berlatih, permaisuri Xianmu datang dan membuat suara.
“Yang Mulia.” Si Zhui membungkuk dan menangkupkan kedua tangannya ketika mendengar permaisuri tiba-tiba datang menyapanya. Walau tidak cukup beristirahat, wajah Si Zhui masih tetap segar dan tidak menunjukkan jejak kelelahan sedikit pun. Entah itu karena ia tidak ingin menunjukkan kelemahannya di depan permaisuri atau ia memang tidak lelah.
Masih berdiri dan mengamati para bocah itu berlatih bela diri, permaisuri Xianmu berbicara, “Jam berapa Shizun akan kembali?”
“Mungkin sekitar 3 jam lagi.” Si Zhui menjawab.
Seketika setelah Si Zhui berbicara, salah satu murid perguruan Baiduk datang dan menyuruh keduanya untuk sarapan. Permaisuri Xianmu, Si Zhui, Mian Mian dan para rombongan lainnya berjalan menuju aula perguruan Baiduk. Di dalam aula itu sudah banyak murid dari berbagai tingkatan yang tengah duduk rapi. Usia mereka berkisar antara tujuh hingga lima belas tahun. Di depan mereka ada meja panjang yang terbuat dari kayu, dan di atasnya ada makanan sederhana yang tidak akan pernah permaisuri Xianmu jumpai di istananya. Jika di istana Fenghuang, ia akan melihat banyak jenis daging untuk sarapannya, kali ini hanya ada bubur biji teratai dan roti kukus, satu buah apel untuk masing-masing orang dan air putih.
“Maafkan kesederhanaan ini yang mulia permaisuri. Hanya ini yang bisa kami sajikan untuk yang mulia dan para tamu lainnya. Harap yang mulia tidak kecewa.” Murid itu berkata dengan sopan.
Tidak ada meja khusus untuk permaisuri, jadi ia hanya bisa duduk di tempat Shizun Li dan bergabung bersama ratusan murid yang kini tengah duduk mengelilingi menja panjang itu. Mendengar ucapan salah seorang murid itu permaisuri Xianmu tersenyum, “Ini adalah hal yang paling istimewa dan berkesan untukku. Terima kasih untuk kalian semua karena telah menyambut kami, kami harap kalian tidak terganggu.”
Para murid segera menangkupkan tangannya dan secara bersamaan berkata, “Yang mulia permaisuri sungguh baik.!”
Setelah menikmati sarapan pagi yang begitu khidmad itu, para murid dengan sopan keluar dari aula dengan membawa set peralatan makan mereka. Ketika semua orang telah meninggalkan aula terkecuali permaisuri dan rombongannya, aula sudah sangat bersih. Saat itu juga salah seorang murid yang selalu menjadi pemimpin murid lain itu kembali mendekat, “Yang mulia, Shizun sedang dalam perjalanan kembali ke perguruan. Dan sembari menunggu Shizun, silahkan yang mulia dan para rombongan menikmati teh hangat ini.”
“Siapa namamu tuan muda? Sejak kemarin kau telah menjamu dan memperlakukan kami begitu baik, tapi aku bahkan tidak tau namamu. Dan melihat tuan Lan tidak memanggil namamu, aku khawatir dia juga tidak tau namamu.” Permaisuri Xianmu menatap murid remaja yang begitu sopan itu. Sekilas murid itu tampak sangat muda, tapi tidak lebih muda dari para murid junior yang berada di aula tadi. Murid ini tampak berusia sekitar tujuh belas tahun, fitur wajahnya tampan, dan ia begitu tenang. Jika sekilas melihatnya, ia akan mirip dengan Si Zhui.
“Nama hamba Yuan, marga hamba adalah Lan.” Murid itu tampak tenang ketika ia menyebutkan namanya.
Si Zhui sedikit terkejut ketika ia mendengar marga murid itu sama dengan marganya. Permaisuri Xianmu tampak lebih terkejut, “Kau benar-benar mirip dengan tuan Lan. Namanya juga Lan, tapi dia Lan Si Zhui. Ehmm.. apakah tuan muda Lan ini keberatan jika aku memanggilmu A-Yuan?”
Ketika permaisuri Xianmu memanggil Lan Yuan dengan nama panggilan “A-Yuan” itu sama artinya dengan “Nak, Yuan””
Si Zhui menundukkan kepalanya dan dengan sopan berkata, “Hamba merasa tersanjung yang mulia.”
“Yang mulia permaisuri, hamba meminta maaf karena hamba telah membiarkan yang mulia menunggu orangtua tidak berguna ini begitu lama.” Suara serak tiba-tiba menggelegar di sepanjang aula, dan bersamaan dengan itu, pria tua yang memakai jubah putih datang dan seketika langsung membungkuk di depan permaisuri Xianmu. Dan tentu saja itu adalah Shizun Li yang baru saja sampai.
“Shizun Li bangunlah. Jangan membuatku merasa tidak enak.” Permaisuri Xianmu berbicara.
Shizun Li secara alami bangkit dari posisinya dan berjalan lebih dekat ke arah permaisuri. Ia kemudian berbicara, “Apakah kedatangan yang mulia ada kaitannya dengan kaisar?”
Bahkan sebelum permaisuri Xianmu membuka mulutnya dan menceritakan kemalangan yang kini tengah di derita kaisar Xian, Shizun Li sudah terlebih dahulu berbicara. Permaisuri Xianmu tidak bisa tidak kagum dengan sosok guru kaisar Xian ini. Setelah mendengar ucapan Shizun Li itu, permaisuri Xianmu mengangguk.
“Sebaiknya kita bicara di tempatku saja yang mulia.” Shizun Li dengan serius mempersilahkan permaisuri Xianmu untuk bangkit dan meninggalkan aula.
Di dalam perguruan Baiduk itu ada sebuah ruangan yang tidak lebih dari ruangan tua yang penuh dengan buku. Shizun Li membawa permaisuri Xianmu dan Si Zhui untuk masuk ke dalam ruangannya itu, sementara anggota lainnya berada di luar.
“Apakah Shizun tau mengenai kondisi kaisar Xian?” Permaisuri Xianmu bertanya dengan hati-hati.
Shizun Li tetap tenang saat ia mendengar pertanyaan permaisuri dan hanya mengelus jenggot putihnya, ia kemudian berbicara, “Hamba hanya manusia biasa yang mulia. Bagaimana hamba bisa tau apa yang sedang terjadi.”
Permaisuri, “Tapi Shizun, anda jelas-jelas mengatakan kalau kedatanganku…”
Shizun Li memotong ucapan permaisuri, “Hamba sudah bersama dengan yang mulia kaisar sejak yang mulia masih sangat kecil. Dan tentu saja orangtua ini mendapatkan firasat buruk, dan ketika mendengar bahwa yang mulia permaisuri Xianmu sendiri yang datang ke perguruan Baiduk ini, hamba semakin yakin dengan firasat hamba ini. Sebenarnya apa yang telah terjadi pada kaisar?”
Permaisuri Xianmu menceritakan krnologis kejadian serta kutukan yang kini di derita oleh kaisar Xian itu pada Shizun Li. Dan benar saja, wajah Shizun langsung menegang, ada aura kekhawatiran dan kesedihan di wajah tuanya.
“Kutukan kematian, itu adalah kutukan kematian!!” Shizun Li berkata.
“Apa?!” Permaisuri Xianmu dan Si Zhui bertukar pandangan.
Shizun Li kembali melanjutkan, “Daun pohon Willow memang indah, tapi jika tanda menyerupai daun itu berada di tubuh dan berwarna merah darah, itu adalah tanda kutukan kematian! Tapi mendengar cerita permaisuri, bahwa hanya ada satu tanda kutukan itu, maka itu tidaklah terlalu parah.”
“Jadi apakah kutukan itu bisa hilang?” Si Zhui bertanya sebelum permaisuri Xianmu sempat membuka mulutnya.
“Kita masih belum tau, apakah tanda itu akan muncul lagi atau tidak. Namun, jika tanda kutukan itu sudah muncul sebanyak tiga, maka itu akan membunuh orang yang bersangkutan. Tapi karena hanya satu, itu berarti pengiriman kutukan tidak bisa memaksimalkan kutukannya karena yang menjadi tumbal itu masih menyimpan rasa kasihan pada korbannya.” Shizun Li berkata.
Kutukan kematian akan benar-benar mematikan jika sudah ada tiga tanda daun pohon Willow di tubuh korban. Tapi terakhir kali, hanya ada satu tanda kutukan di tubuh kaisar Xian, itu berarti kutukan tidaklah terlalu parah sehingga bisa merenggut nyawa kaisar Xian. Hal ini tentu saja bukan tanpa alasan, Cao Hua yang sejatinya adalah tumbal kutukan itu tentu saja menyimpan perasaan cinta pada kaisar Xian, sehingga ia tidak ingin kaisar Xian mati di tangannya.
“Jadi kaisar akan sembuh?” Permaisuri Xianmu bertanya.
“Kaisar Xian akan sembuh jika kita bisa mendapatkan panawarnya. Ada dua penawar untuk mengatasi kutukan ini.” Shizun Li dengan serius berkata, “Yang pertama bunga teratai putih abadi. Dan yang kedua adalah tumbal kutukan itu harus mencabut kutukannya.”
Mendengar Shizun Li menyebutkan tentang
“bunga teratai putih abadi” (White Lotus), permaisuri Xianmu teringat lukisan yang pernah ditunjukkan oleh kaisar Xian padanya. Saat itu kaisar Xian menunjukkan ruang rahasia padanya, dan saat itu juga kaisar Xian memperlihatkan lukisan bunga teratai itu. Menurut cerita, bunga lotus itu adalah obat dari segala macam penyakit termasuk kematian, tapi bukankah itu hanya dongeng belaka?
Penawar pertama adalah sesuatu yang masih bersifat mustahil sekarang. Keberadaan bunga teratai itu tidak hanya tidak diketahui, tapi kenyataan apakah bunga itu benar-benar ada atau tidak, tidak ada yang tau.
Kini permaisuri Xianmu hanya bisa memirkan opsi kedua, “Apakah kutukan itu benar-benar akan hilang jika tumbal itu mencabut kutukan pada korban?”
Saat itu, Shizun Li tampak lebih khawatir ketika melihat wajah pucat permaisuri. Ia kemudian menambahkan, “Itu benar yang mulia. Namun, jika kutukan itu di cabut, maka nyawa tumbal akan menjadi korban. Iblis yang bersukutu dengan mereka tidak akan pernah membiarkan dirinya kelaparan, jadi salah satu di antara korban dan orang yang mengirim kutukan harus mengorbankan dirinya. Selain itu, tanda kutukan itu bisa saja bertambah menjadi dua…”
Tanda kutukan kematian hanya akan mencapai maksimal tiga. Jika hanya ada satu tanda kutukan, itu berarti korban yang dikutuk hanya akan seperti mayat hidup dan mati suri. Jika tanda kutukan sudah mencapai dua, itu berarti tumbal semakin membenci orang yang dikutuknya, dan ini bisa saja membuat organ dalam korban rusak. Dan jika tanda kutukan sudah mencapai tiga, maka nyawa korban akan melayang.
“Shizun, di mana aku bisa menemukan bunga taratai putih abadi itu?” Permaisuri Xianmu berharap bahwa ia akan bisa menemukan bunga itu dan membawanya untuk menolong kaisar. Ia kembali berkata, “Aku akan pergi ke ujung dunia untuk mendapatkannya.”
Shizun Li hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya dan dengan putus asa berkata, “Yang mulia, bunga itu adalah barang spiritual yang di turunkan dari surga. Mengenai keberadaannya tidak ada yang tau, bahkan banyak yang meragukan apakah itu nyata atau tidak.”
Wajah cantik permaisuri Xianmu kini semakin kelam, ia benar-benar bingung bagaimana harus menyelamatkan kaisar Xian dari kutukan ini. Kakinya kini lemah, ia nyaris jatuh tapi Si Zhui dengan cepat memapah permaisuri Xianmu dan menyuruhnya untuk duduk.
“Ini. Ramuan ini tidak bisa menyelamatkan kaisar, tapi setidaknya ia akan sedikit baik-baik saja dengan ramuan ini.” Shizun Li mengeluarkan botol porselen kecil dari lengan bajunya dan Si Zhui meraih botoh itu untuk ia simpan.
Shizun Li kembali melanjutkan, “Untuk saat ini, hamba tidak bisa memberikan pertolongan apa-apa. Kutukan itu benar-benar mematikan, tapi sebagai putra surga kaisar Xian benar-benar beruntung karena ia masih bisa bertahan. Dan juga, hamba harap permaisuri bisa bersabar.”
Permaisuri Xianmu mengangguk, ia kemudian pamit keluar dan bergegas meinggalkan perguruan Baiduk. Mengingat hari sudah siang, mereka tidak ingin membuang waktu dan memutuskan untuk kembali ke istana. Dalam perjalan menuruni gunung itu, permaisuri Xianmu sudah mulai kelelahan dan karena hal itu, Si Zhui memutuskan untuk beristirahat.
“Yang mulia, minumlah sedikit air.” Mian Mian tidak tega melihat majikannya yang tengah hamil harus menanggung cobaan seberat ini. Keceriaan yang biasanya Mian Mian lihat di wajah permaisuiri Xianmu, kini hanya bisa digantikan dengan wajah muram.
Sementara permaisuri Xianmu beristirahat di bawah pohon, ia juga tengah memikirkan opsi kedua. Opsi kedua adalah menemukan tumbal, otaknya kembali berpikir. Jika dipikir-pikir, malam itu Cao Hua berada di istana Long Gong, dan ketika kaisar Xian memasuki istana Fenghuang, ia sudah menunjukkan tanda-tanda yang aneh. Permaisuri Xianmu menganalisis dan menghubungkan kejadian malam itu dengan Cao Hua, ia kemudian berseru, “Xiao Hua, apa dia…”
Bersamaan dengan penemuan yang terpikir di otak permaisuri Xianmu itu, beberapa pasukan tak dikenal datang dan mengepung rombongan permaisuri Xianmu. Pasukan itu berjumlah lebih banyak, Si Zhui segera berdiri dan berusaha melindungi permaisuri Xianmu.
“Kalian siapa? Berani-beraninya kalian mengepung permaisuri negeri ini?” Si Zhui dengan lantang berteriak.