Wajah permaisuri Xianmu yang mulanya seputih salju tiba tiba langsung merona, seperti ada gradasi antara warna putih ke merah, wajah permaisuri Xianmu tampak seperti buah persik yang masak. Matanya terbelalak begitu bibir tipis kaisar Xian menyentuh bibirnya dengan lembut, jantung permaisuri Xianmu berdetak sangat cepat seolah akan melompat keluar.
Begitu bibir mereka terlepas, kaisar Xian memandangi wajah permaisuri Xianu yang tampak begitu mempesona dibawah sinar rembulan. Kaisar Xian kemudian menyentuh pipi permaisuri Xianmu, “Permaisuriku, kenapa kau begitu memerah? Dan kenapa pipimu terasa panas? Apa kau malu?”
Sangat menyenangkan bagi kaisar Xian untuk menggoda permaisurinya itu. Ucapan sang kaisar tadi hanyalah candaan semata yang membuat permaisuri bertambah malu, permaisuri Xianmu masih malu, “Hmm..itu, aku tidak memerah. Kaisar hanya saja anda mengejutkanku.”
Hanya ada mereka berdua di taman istana, bayangan keduanya terpantul di air kolam yang mengelilingi mereka. Kaisar Xian kembali menggoda sang permaisuri, “Kau benyak berubah permaisuriku, dulu kau sangat suka menindasku. Kau ingat kan?”
Permaisuri Xianmu berdecak, “Itu..itu..aku bersalah yang mulia. Hukumlah aku!”
Kaisar Xian menyeringai, wajahnya tampannya menunjukkan rasa puas setelah ia melihat reaksi permaisurinya itu, “Hahahah, menyenangkan sekali bisa menggodamu permaisuriku. Mana mungkin aku mencari wanita lain kalau disisiku sudah ada wanita yang begitu menawanan seperti mu.”
Di hati kaisar Xian hanya ada nama Cao Jie, hanya ada permaisuri Xianmu seorang. Wanita bertubuh mungil yang sangat polos seperti bunga lotus itu benar benar mampu membuat sang kaisar bahagia ketika bersamanya. Oleh karena itu kaisar Xian menegaskan, “Aku tidak akan mengambil selir, aku tidak akan mengangkat selir. Permaisuri adalah satu satunya wanita yang aku inginkan.”
Permaisuri Xianmu tidak bisa menyembunyikan senyum bahagianya ketika ia mendengar ucapan kaisar Xian itu. Tapi itu sepertinya adalah hal yang sangat mustahil untuk dilakukan. Para tetua istana, bahkan janda permaisuri agung pun tidak akan bisa membantu.
“Kaisar, anda tidak perlu melakukan itu. Aku adalah seorang permaisuri, aku harus mendukung anda tanpa harus mempertimbangkan perasaanku. Jujur saja, hanya dengan mendengar perkataan anda tadi itu sudah cukup membuatku merasa sangat bahagia. Terlebih lagi dengan adanya seorang selir itu akan meredakan kemarahan dari fraksi selatan dan tetua istana. Ini adalah hukum langit yang harus dipatuhi oleh kaisar sebagai putra surga.” Permaisuri Xianmu menatap kaisar dan kedua tangannya menggenggam erat tangan kaisar Xian. Permaisuri negeri Han itu tidak bisa membantu tapi setidaknya ucapannya kali ini akan membuat kaisar lebih tenang.
Semua wanita pada dasarnya memiliki pendapat yang sama tentang kecendurungan seorang laki-laki yang memiliki lebih dari satu istri. Enath itu di era modern ataupun era kuno, wanita memiliki prinsip yang sama, tidak ada wanita yang ingin berbagi laki laki yang dicintainya dengan perempuan manapun. Entah itu seorang pengemis, bangsawan, atau permaisuri sekalipun, mereka hanyalah perempuan biasa yang juga punya hati dan perasaan. Tapi seorang permaisuri memiliki sedikit pengecualian, dia terikat oleh aturan istana yang membuatnya harus mengorbankan perasaannya demi mendukung sang kaisar. Jadi tak heran jika kaisar kaisar pendahulu memiliki beberapa selir disamping permaisuri mereka.
Selain karena perasaan cinta, dengan adanya seorang selir maka posisi permaisuri tidak akan pernah aman. Seorang selir mustahil terlahir tanpa adanya ambisi, mereka mulanya hanya akan berada di peringkat bawah, tapi mereka akan memimpikan singgasana phoenix dikemudian hari.
“Ayo kemarilah, aku akan menunjukkan sesuatu padamu permaisuriku.” Kaisar Xian menarik tangan sang permaisuri.
Pasangan nomor satu dinasti Han itu berjalan menyusuri taman istana, mereka berjalan lebih jauh melewati rerumputan dimana beberapa kelinci sedang bermain, mereka terus berjalan sampai ke pavilion pribadi Kaisar Xian. Paviliun ini adalah pavilion yang khusus dibuat oleh Kaisar Xian untuk menenangkan dirinya, sang kaisar menamai pavilion ini dengan sebutan Jingshi atau “Ruang ketenangan”. Tak banyak orang yang dibawa masuk ke dalam pavilion ini, selain Si Zhui. Meskipun demikian permaisuri Xianmu sudah pernah memasuki paviliun Jingshi ini, jadi ia sudah tidak penasaran lagi.
“Kaisar, ini…” Ekspresi tenang permaisuri Xianmu yang semulanya acuh tak acuh seketika berubah ketika kaisar Xian membuka sebuah pintu yang terhubung dengan ruangan rahasia.
“Ini adalah kamar rahasia di paviliun ini. Mendiang leluhurku membangun sebuah benteng perlindungan yang terhubung dengan ruangan bawah tanah. Dan aku tidak sengaja menemukannya saat aku berusia lima belas tahun. Tidak ada seorang pun yang pernah aku bawa kemari, permaisuri Xianmu adalah orang pertama.” Ujar kaisar Xian dengan wajah tenang.
Mereka berdua masuk ke dalam bilik rahasia itu, ada tangga yang tampak rapuh yang berfungsi untuk naik dan turun ke bawah ruangan. Dengan bantuan kaisar, permaisuiri Xianmu menuruni setiap anak tangga yang lapuk itu dengan kakinya.
Di dalam ruangan bawah itu terdapat beberapa naskah kuno yang mungkin saja sudah berdebu. Lilin yang tiba-tiba menyala membuat seisi ruangan tampak jelas, permaisuri Xianmu memandang setiap benda yang ada. Ada sebuah kursi dan meja belajar yang memungkinkan kaisar Xian untuk menggunakannya.
“Kemarilah, ini adalah pintu yang terhubung dangan hutan bambu dibelakang istana. Jika kita masuk dan mengikuti lorong ini, maka kita akan bisa keluar dari istana Weiyang.” Ujar kaisar Xian.
Permaisuri Xianmu, “Jadi kaisar selama ini anda melarikan diri lewat sini?”
Kaisar Xian duduk di kursi belajarnya, ia kemudian mengambil sebuah kuas untuk sekedar membuat coretan tidak berharga disebuah kertas, “Tentu saja tidak, aku kan sudah bilang kalau ruangan ini adalah ruangan rahasia. Bahkan Si Zhui belum pernah masuk ke sini.”
Kaisar Xian kemudian menarik lengan permaisuri Xianmu hingga tubuh mungil permaisuri itu terhempas ke arahnya. Sekarang permaisuri berada di posisi yang tidak mengenakkan, ia dengan dipaksa untuk duduk di pangkuan kaisar Xian. Sementara wajah permaisuri Xianmu acuh tak acuh, kaisar Xian kembali melanjutkan perkataannya, “Aku akan memanjat dinding istana bersama Si Zhui jika aku ingin menyusup keluar.”
Kaisar Xian, “Kau masih ingat kan dulu aku pernah mengatakan kalau aku akan menceritakan sesuatu padamu?”
Permaisuri Xianmu langsung teringat perkataan sang kaisar beberapa bulan yang lalu, dia menganggu, “Benar, aku mengingatnya kaisar, tapi apa itu?”
Kaisar Xian berdiri dan membuka lemari tua yang ada di dalam Jingshi, sebuah kertas lapuk yang tergulung rapi kemudian di tarik dari dalam lemari itu oleh tangan ramping kaisar Xian, “Ini adalah sebuah rahasia. Sebenarnya aku sudah memberitahu Si Zhun tentang ini. Tapi aku sendiri masih tidak yakin akan hal ini.”
Kaisar Xianmu membuka gulungan kertas kuno itu, perlahan lahan sebuah gambar muncul. Sebuah bunga lotus putih tergambar diatas kertas kuno itu, walaupun sudah tampak sangat tua tapi lukisan bunga itu masih tetap indah, lukisan bunga teratai yang mengapung di air itu tampak hidup.
Kaisar Xianmu tiba-tiba bertanya, “Apa kau pernah mendengar istilah Yaocao?”
Permaisuri Xianmu mengangguk, “Aku pernah membacanya di sebuah buku teks kuno tentang pengobatan, dan menurut legenda itu adalah salah satu jenis tanaman yang bisa digunakan oleh Alkamis untuk membuat racun atau obat.”
Mendengar jawaban permaisurinya, kaisar Xian tidak bisa lagi menampakkan ekspresi kagum. Sejak awal ia sudah menyadari bahwa kemampuan berpikir permaisuri Xianmu melebihi orang biasa. Sementara permaisuri Xianmu akhirnya mengerti kenapa kaisar Xian menolak untuk menceritakan perihal lotus putih ini padanya. Saat itu kaisar Xian berpikir bahwa permaisuri Xianmu akan menertawakannya karena hal konyol ini, tapi siapa yang menyangka bahwa permaisuri Xianmu mempercayai tumbuhan ajaib ini benar-benar ada?
Kaisar Xian berdecak, “Itu benar, sekarang aku akan menceritakan kisah tentang bunga lotus ini. Lotus memiliki arti yang mendalam, bunga ini melambangkan ketulusan dan tanpa syarat. Si Zhun Li mengatakan kalau bunga ini adalah satu jenis tumbuhan Yaocao yang akan menyembuhkan berbagai macam penyakit bahkan kematian sekalipun. Saat kakak meninggal aku benar benar berharap bisa memiliki bunga ini untuk menghidupkannya, tapi katanya ini hanyalah mitos belaka. Aku sendiri tidak percaya ada tumbuhan semacam ini di bumi, bagaimana munurutmu permaisuri?”
Permaisuri Xianmu menatap lukisan bunga lotus itu dengan saksama, senyumnya tampak anggun saat ia berkata dengan lembut, “Hmm, aku percaya.”
Kaisar Xian sedikit keheranan, setelah jeda sejenak sang permaisuri kembali melanjutkan, “Cerita tentang bunga ini ada bukan karena mengada-ngada, aku yakin seseorang pernah melihat bunga ini. Tapi keberadaannya yang misterius membuat orang orang meragukannya. Surga tidak akan menciptakan sesuatu tanpa alasan, begitu pula dengan bunga teratai ini. Nyatanya Si Zhun kaisar juga mempercayainya kan?”
Kaisar Xian mengagguk pelan sebelum akhirnya ia membalas ucapan permaisuri Xianmu itu dengan pertanyaan lagi, “Lalu apakah permaisuri akan berusaha mencari bunga lotus ini untukku kalau di masa depan aku sakit?’
Permaisuri Xianmu sedikit melotot, dia nyaris menendang laki laki nomer satu dinasti Han itu. Walau ia tau bahwa kaisar Xian hanya melontarkan candaan, tapi ia tidak tau bagaimana harus bereaksi. Mendegar kata yang menyatakan kalau kaisar Xian sakit saja, hati permaisuri tiba-tiba menjadi pilu. Bagaimana mungkin ia bisa bertahan hidup jika itu semua adalah kenyataan? Permaisuri Xianmu secara acuh tak acuh menjawab kaisar Xian dengan nada dingin,“Kaisar, anda tidak boleh mengatakan hal seperti itu. Anda harus tetap sehat dan panjang umur.”
Kaisar Xian menyembunyikan kedua tangannya dibalik badannya dan ia berjalan mendekat ke arah permaisurinya, badannya semakin membungkuk dan wajah sang kaisar semakin dekat wajah permaisuri, “Kau akan menemukannya untukku kan?”
Wajah permaisuri Xianmu memerah, dia mengangguk, “Aku.., aku akan menemukannya untuk kaisar. Walau harus melintasi dunia lain aku akan menemukannya untuk kaisar. Tapi aku yakin aku tidak akan melakukan hal itu, karena aku percaya kaisar akan selalu sehat dan panjang umur.”
Kaisar Xian tersenyum puas ketika mendengar ucapan permaisuri Xianmu itu, dia tidak bisa tidak memeluk sang permaisuri. Seolah sedang dimabuk cinta, wajah sang kaisar dan permaisuri benar benar tidak berhenti memancarkan rona kebagiaan.