Kaisar memiliki ribuan keindahan didalam istana, pepatah ini adalah pepatah yang sering digunakan untuk mengungkapkan bagaimana seorang kaisar yang memiliki banyak selir dan satu permaisuri. Kaisar Xian sepertinya tidak sependapat dengan pepatah ini, karena permaisuri Xianmu adalah keindahan yang melebihi ribuan keindahan lainnya di mata kaisar Xian.
Meski demikian, peraturan kekaisaran yang mengharuskan seorang kaisar mengangkat selir merupakan hal yang tidak terbantahkan lagi. Dalam rapat majelis yang di adakan di aula istana, kaisar Xian membuat pengumuman, “Aku akan mengikuti peraturan kekaisaran, maka dengan ini aku akan mengangkat selir. Selir tidak hanya akan berasal dari dua fraksi besar, tetapi putri dari keluarga bangsawan juga akan terpilih. Untuk itu aku akan menyerahkan hal ini pada permaisuri Xianmu sebagai kepala istana dalam.”
“Hidup yang mulia.” Para pejabat kekaisaran tampak senang dan lega ketika mereka mendengar pengumuman ini.
Sementara itu, Kasim Li yang sudah menerima dekrit kekaisaran segera menuju ke istana Fenghuang. Permaisuri Xianmu berlutut di atas bantal empuk yang telah dipersiapkan sebelumnya dan dengan wajah tenang ia menerima dekrit kaisar itu.
Selang beberapa saat permaisuri Xianmu mulai melaksanakan tugasnya itu. Tidak ada keraguan di hatinya, ia benar-benar mencerminkan perilaku seorang permaisuri kekaisaran.
“Yang mulia permaisuri, apakah anda yakin akan memilih para gadis-gadis ini?” Mian Mian dengan ragu bertanya.
Sebelum menerima dekrit kaisar, permaisuri Xianmu sudah terlebih dahulu mengetahui keputusan kaisar Xian itu. Maka sejak jauh-jauh hari, ia sudah menetapkan sepuluh nama gadis yang akan mengisi harem. Ini bukanlah jumlah yang banyak, mengingat kaisar-kaisar terdahulu memiliki ribuan selir.
“Apa kau meragukanku?” Permaisuri Xianmu menakut-nakuti Mian Mian dengan kata-katanya.
“Hamba tidak berani.” Mian Mian segera berlutut.
“Bangunlah, dan bawa list nama ini Kasim Li.” Permaisuri Xianmu menyerahkan gulungan satin itu kepada Mian Mian.
Selang beberapa hari, para utusan istana bergegas berangkat ke kediaman para gadis yang terpilih menjadi selir. Selain itu, kedua fraksi yang mengajukan calon selir untuk kasar tentunya sudah penuh pertimbangan. Para gadis yang nantinya akan bergelar “Selir” itu tentu saja terlahir dari keluarga terpandang. Delapan gadis terpilih masing-masing berasal dari keluarga terpandang yang memiliki jabatan penting di istana. Sedangkan dua gadis lainnya adalah putri dari ketua fraksi barat dan fraksi timur. Dalam hal ini, Cao Hua terpilih menjadi salah satu selir kekaisaran!
Jika ke delepan keluarga lainnya tidak begitu menonjol, maka dua keluarga ini sangatlah terkenal. Keluarga pertama adalah keluarga Cao, keluarga Cao sendiri adalah keluarga bermartabat dan juga terkemuka yang ada di ibu kota Chang’an,. Cao Cao sebagai kepala keluarga Cao adalah wajah keluarga Cao yang amat sangat disegani. Selain pernah menjabat sebagai panglima perang yang perkasa di medan tempur, dia juga adalah ayah dari wanita nomer satu yang ada di negeri Han. Ayah permaisuri Xianmu itu kini tengah menduduki posisi sebagai kepala dari fraksi barat. Selain berstatus sebagai ayah mertua dari kaisar Xian, ia juga ayah mertua dari menteri kesehatan Chu Fei Yang. Hanya dengan dua alasan ini, Cao Cao menjadi salah satu pejabat yang paling disegani.
Keluarga yang tidak kalah mahsyurnya dengan keluarga Cao adalah keluarga Fu, Fu Wan adalah seorang cendikiawan yang kecerdesannya tidak diragukan lagi. Selain itu keluarga Fu adalah kerabat dari mendiang janda permaisuri yang tidak lain adalah ibu kaisar Xian sendiri. Posisinya yang begitu kuat membuat keluarga Fu disegani dan ditakuti oleh sebagian klan yang ada di negeri Han. Selain itu, tuan Fu sendiri adalah ketua fraksi timur yang hampir menjadi ayah mertua dari mendiang kaisar Liu Bian. Jika saja langit tidak mengambil nyawa kaisar Liu Bian, maka putrinya pasti akan menjadi seorang permaisuri negeri Han.
Sementara itu, Cao Hua adalah salah satu wanita yang akan memakai hanfu bersimbol kan burung phoenix kelak, dia adalah putri bungsu keluarga Cao. Karakternya yang tangguh di medan perang di warisinya dari sang ayah, panglima Cao. Putri ketia keluarga Cao ini begitu disayangi oleh kakak-kakaknya. Permaisuri Xianmu yang juga kakak kedua Cao Hua sangat berharap bahwa adik bungsunya itu akan bahagia menjalani kehidupan di istana nantinya.
Sementara nama wanita dari keluarga Fu yang juga akan memakai hanfu bersulamkan burung phoenix adalah nona besar Fu Shuo. Nona Fu Shuo sebenarnya adalah nona kesayangan mendiang ibu suri. Fu Shuo awalnya akan dijodohkan dengan mendiang kaisar Liu Bian yang juga adalah kakak kaisar Xian, namun rencana itu sirna begitu sang kaisar meregang nyawa di medan perang. Posisi “Huanghou” seharusnya menjadi milikya, tapi kini ia harus menanggung rasa malu karena posisinya turun hanya sebagai “Guiren”.
“Terimalah titah kaisar ini!!” Teriak utusan kaisar.
Di masing-masing kediaman keluarga Fu dan keluarga Cao, kedua putri cantik itu sudah duduk bersimpuh dan siap mendengarkan dekrit kaisar Xian.
Istana, Luoyang
Di halaman istana sudah penuh dengan pernak-pernik, ornament merah dan kuning emas nampak semarak dalam rangka acara penobatan selir kaisar. Permaisuri Xianmu memakai hanfu merah dengan sulaman burung phoenix berwarna emas yang nampak hidup. Hanfu yang ia kenakan adalah pakaian tertinggi yang hanya dipakai oleh seorang permaisuri. Beberapa perhiasan emas dan giok yang menepel diatas kepalanya tampak sangat berat.
Permaisuri Xianmu, “Apakah semuanya sudah siap?”
Mian Mian, “Yang Mulia tenang saja, semuanya sudah siap.”
Permaisuri sebagai tetua istana permaisuri adalah pemimpin para selir dan perempuan yang didalam istana kekaisaran. Oleh karenanya, permaisuri Xianmu sendirilah yang akan memimpin acara penobatan kedua selir kaisar Xian, dalam hal ini sang kaisar tidak ikut serta. Kaisar Xian terlalu malas untuk mengikuti acara seperti ini. Antusianya sama sekali tidak sama dengan para pendahulunya, alih-alih menyambut sepuluh keindahan yang akan menemaninya, ia lebih memilih untuk pergi ke hutan dan berburu.
Wajah kesepuluh selir baru kaisar Xian itu nampak berseri-seri, pewarna merah bulat yang tergambar di pipi kiri dan kanan mereka tampak cantik dan mempesona. Hanfu merah bersulamkan burung phoenix kecil yang sudah menajadi symbol wanita kaisar juga nampak indah melekat ditubuh kedua wanita dari keluarga bangsawan itu.
Upacara penobatan telah usai, permaisuri Xianmu dengan murah hati mengundang kedua selir itu ke paviliunnya untuk minum teh.
“Aku harap kita dapat sama-sama menemani dan mendukung kaisar dalam pemerintahannya. Adik-adik selir, walau saat ini aku tidak terlalu mengenal kalian, tapi aku harap kita akan menjadi dekat seperti saudara. Dan juga, walau pun Selir Hua adalah adik kandungku, tapi aku tidak akan memperlakukannya secara spesial, karena kalian semua sama.” Permaisuri Xianmu tersenyum dengan tulus.
Mendengar ucapa permaisuri Xianmu ke delapan selir lainnya tidak bisa menyembunyikan rasa kagumnya. Rumor kecerdasan dan kecantikan permaisuri Xianmu yang pernah mereka dengar sebelumnya ternyata adalah sebuah kenyataan, Di samping itu mereka tidak bisa membantu tetapi rasa kagum dan iri kini tengah menyelimuti diri para selir baru itu.
“Apa? Aku sudah mengenalmu Xianmu, jauh sebelum kau menjadi permaisuri negeri ini, kecantikan dan kecerdesanmu itu sudah tersohor hingga ke klan Fu. Istana Feng Huang adalah istana yang seharusnya aku tempati, bukan dirimu.” Selir Fu mencemooh did alam hatinya sebelum kemudian ia memamerkan senyum palsunya seraya berkata, “Yang Mulia Permaisuri Xianmu, anda bukan hanya cantik tapi anda juga baik. Aku yakin di kehidupan sebelumnya, anda adalah seorang dewi.”
Walau wajah selir Fu juga cantik dan elegan, tapi senyuman yang menutupi kata-katanya itu tidak bisa membohongi permaisuri Xianmu. Setelah beberapa lama tinggal di istana, permaisuri Xianmu bisa memahami dengan baik arti dari senyuman seseorang. Tetapi meski demikian, permaisuri Xianmu tetap tersenyum dan berkata dengan lembut, “Seli Fu, kamu juga cantik.”
Cao Hua yang baru saja menjadi selir juga melirik selir Fu dan merasakan ketidaktulusan dari kata-kata yang baru saja terucap dari selir Fu. Mulutnya tidak bisa tidak berkomentar, “Tentu saja, kakakku…eh, maksudku Yang Mulia Permaisuri Xianmu adalah seorang yang cantik dan baik seperti dewi.”
Tatapan selir Fu semakin gelap, darahnya mulai mendidih karena menahan amarah yang bergejolak. Sementara itu permaisuri Xianmu yang selalu berbaik sangka hanya bisa tersenyum melihat adik bungsunya, “Selir Fu, maafkan selir Cao Hua. Walaupun sekarang dia adalah selir, tapi di mataku dia masih adik kecil manis yang pemberani. Bagaimana mungkin adik yang sedari bayi aku rawat bisa menjadi wanita sekarang?”
Nada bicara permaisuri Xianmu tenang seperti air yang mengalir, sesekali dia mencubit pipi adik kecilnya yang kini berstatus sebagai istri dari suaminya itu. Melihat pemandangan ini didepannya, selir Fu semakin muak. Ingin rasanya sia pergi dari pavilion teratai milik permaisuri ini.
Ketika siang telah berganti malam, kedua selir baru itu bersiap menunggu kaisar dikamar mereka masing-masing. Entah kamar mana yang akan dikunjungi oleh kaisar, tapi mereka semua sudah bersiap-siap.
Di satu sisi, selir Hua tampak khawatir. Dia benar-benar tidak terbiasa dengan laki-laki, apalagi laki-laki ini adalah suami dari kakaknya sendiri. Dari balik tirai Cao Hua mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekat, semakin mendekat maka semakin jelas pakaian merah yang laki-laki itu kenakan. Hanfu berwarna merah nan megah yang bersulamkan naga emas itu, siapa lagi yang akan mengenakannya kecuali kaisar. Itu adalah kaisar Xian!
Cao Hua tetap duduk ditepi tempat tidur dan menunggu sang kaisar membuka tudungnya. Hingga akhirnya kaisar tepat berdiri di depannya, tudung transparan berwarna merah akhirnya terbuka.
Dengan keberanian yang ia kumpulkan, Cao Hua mendongak dan melihat wajah laki-laki tampan sedang tersenyum hangat padanya. Sejenak ia menyadari kalau kaisar Xian adalah laki-laki yang begitu tampan dan mempesona, tapi pandangan itu segera sirna begitu ia teringat sosok kakakknya.
Cao Hua tersenyum malu-malu,wajahnya memerah seperti delima, “Kaisar..kaisar..,”
Kaisar Xian tertawa terbahak-bahak dan menjauh dari Cao Hua, “Tidak perlu takut, aku tau kau adalah adik permaisuriku. Kalian besar bersama, dan tentu saja kalian saling menyayangi. Kau tidak perlu khawatir, aku tidak akan berlama-lama disini..”
Cao Hua berbicara didalam hati, “Dia tidak akan berlama-lama disini? Apa maksudnya?”
Kaisar Xian, “Adik permaisuri adalah adikku juga, jadi tidak mungkin aku bersamamu. Hanya saja, aku tidak ingin kalian malu di malam pernikahan ini. Oh iya, setelah aku pergi tolong tiup lilinmu dan beristirahatlah.”
Akhirnya Cao Hua di tinggal sendirian di malam pertamanya, dengan hati yang sedikit sedih ia meniup lilin kamarnya. Entah mengapa kata-kata yang keluar dari mulut kaisar Xian tadi terasa menyakitkan untuknya. Sakit karena teriris pedang tidak pernah sekalipun Cao Hua meraung, tapi kali ini rasanya sangat berbeda.