Satu minggu kemudian..
Saat membaca gulungan kertas yang terakhir dan melihat nama “Cao Hua” tertulis di atas kertas itu, Permaisuri benar-benar kaget. Siapa yang mengira kalau gadis tomboy yang bermimpi untuk menjadi panglima perang kekaisaran malah mengubah haluannya dan berniat menjadi seorang selir? Tapi inilah yang terjadi, adik permaisuri Xianmu yang terkenal garang di medan perang itu secara mengejutkan terdaftar sebagai kandidat selir kaisar. Hal mengejutkan ini membuat sang permaisuri tampak keheranan.
“Hua er, sebenarnya apa yang sedang ayah rencanakan?” gumam sang permaisuri.
Rasa penasarannya sudah tidak tertahankan lagi, namun rasa hormatnya pada sang ayah membuat permaisuri Xianmu tidak berani mempertanyakan hal itu. Jadi secara diam-diam permaisuri Xianmu menyuruh Mian Mian untuk memanggil Cao Hua ke istana.
Setelah mendapat kabar bahwa permaisuri Xianmu ingin menemuinya, Cao Hua merasa sedikit ragu. Ia takut kalau kakak keduanya itu akan marah padanya karena telah menuruti kemauan ayah mereka.
Dengan langkah berat, Cao Hua berjalan menuju istana Fenghuang. Mian Mian yang sedari tadi menunggu Cao Hua seketika berlari ketika ia melihat sosok yang di nantikan oleh permaisuri Xianmu itu, “Nona ketiga, silahkan. Yang mulia permaisuri sudah menunggumu.”
Cao Hua mengangguk sebelum akhirnya masuk ke ruangan pribadi permaisuri Xianmu. Dari kejauhan, ia melihat kakak keduanya itu sedang duduk sambil membaca buku.
“Cao Hua memberikan salam pada yang mulia permaisuri.” Cao Hua membungkuk, wajahnya takut untuk melihat wajah kakak keduanya.
Mendengar suara adik bungsunya itu memberi hormat, Permaisuri Xianmu dengan tergesa-gesa menghampirinya. Tangan ramping permaisuri Xianmu memegang erat tangan Cao Hua yang masih memberi hormat, “Sudah, kau jangan begini padaku.”
Dengan sedikit anggukan, permaisuri Xianmu meyuruh Mian Mian dan para pelayan untuk memberikan ruang pada mereka berdua. Dan ketika seisi ruangan hanya tersisa permaisuri Xianmu dan Cao Hua, permaisuri Xianmu berbicara, “Duduklah.”
Tapi alih-alih duduk di kursi yang sudah disiapkan oleh permaisuri, Cao Hua malah berlutut dan memohon pada kakak keduanya itu. Air mata tiba-tiba menetes di atas pipi putihnya. Permaisuri Xianmu yang terkejut langsung menghampiri adik bungsunya itu seraya bertanya, “Apa yang kau lakukan? Ayo berdiri.”
Tapi Cao Hua masih kokoh dengan posisinya, suaranya sedikit serak ketika ia berkata, “Maafkan aku kakak, aku bersalah. Aku terpaksa menerima perintah ayah, kalau aku menolaknya maka ayah akan membunuh Xue Yang.”
Mendengar hal ini, permaisuri Xianmu menjadi semakin tertekan. Melihat adiknya yang kini sangat tertekan, hatinya menjadi sakit. Ia kemudian berbicara, “Ayo bangun, jangan berlutut lagi.”
Dengan tangan lembut permaisuri Xianmu, Cao Hua bangkit dari posisinya. Permaisuri Xianmu tidak mengatakan apa-apa untuk saat ini dan hanya menuangankan teh hangat untuk menenangkan Cao Hua, “Minumlah.”
Cao Hua menyesap teh bunga osmanthus itu, setidaknya tenggorokannya yang sudah kering sudah mulai basah. Melihat adik bungsunya bersikap seperti ini, permaisuri Xianmu sekarang menyadari bagaimana menderitanya seorang Cao Hua. Sedari kecil dia adalah putri bungsu yang selalu mendapatkan apa yang ia inginkan, jadi ketika masalah seperti ini datang padanya, ia akan menjadi sangat tertekan.
“Katakan padaku, apa maksudmu dengan ayah akan membunuh Xiao Xue?” Permaisuri Xianmu bertanya setelah ia mendengar bahwa Xue Yang akan dibunuh oleh Cao Cao.
Cao Hua terisak ketika ia berkata, “Ayah menahan Xue Yang di Youhan. Kakak kedua, maksudku yang mulia permaisuri juga tau bagaimana mengerikannya tempat itu. Xue Yang disiksa hingga nyawanya hampir melayang ketika aku sampai disana.”
Mendengar perkataan Cao Hua ini permaisuri Xianmu tidak bisa membantu tapi hatinya benar-benar terpukul. Walau bagaimana pun Xue Yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri, selain itu permaisuri mengetahui dengan baik kalau persahabatan antara Cao Hua dan Xue Yang begitu mendalam. Dari perkataan adik bungsunya inilah permaisuri Xianmu menyadari bahwa sosok ayah yang selama ini lembut dan ia kagumi adalah sosok yang begitu menakutkan. Tak heran ayahnya selalu membawa kemenangan untuk negeri ini ketika ia maju sebagai panglima perang.
“Lalu dari mana kau mengetahui semua hal ini?” Permaisuri Xianmu kembali bertanya.
“Kakak pertama datang ke Cao Fu. Dan ia mengatakan kalau kakak ipar Chu Fei Yang mendengar obrolan antara ayah dan saudara sepupu Cao Pi. Setelah itu kakak pertama memberitahuku hal ini.” Cao Hua menjawab.
Mendengar penjelasan adik bungsunya itu, permaisuri Xianmu kemudian berpikir. Alisnya merajut ketika ia memikirkan niat Cao Xiao untuk memberitahu Cao Hua mengenai Xue Yang. Tapi mengingat karakter Cao Xiao, permaisuri Xianmu bisa memastikan kalau kakak sulungnya itu berniat menyelamatkan Cao Hua dan Xue Yang. Dengan memberitahu Cao Hua bahwa Xue Yang ditahan oleh ayah mereka, maka secara tidak langsung itu akan membuat Cao Hua berlari untuk menyelamatkan Xue Yang. Dan untuk menyelamatkan Xue Yang yang nyaris mati itu Cao Hua harus menukar dirinya dengan nyawa Xue Yang. Dengan kata lain, ia harus bersedia menjadi seli. Dengan dua alasan ini, maka Cao Hua dan Xue Yang akan selamat.
Permaisuri Xianmu juga menyadari bagaiamana perasaan Cao Hua ketika ia mengambil keputusan ini. Permaisuri Xianmu menegtahui kalau adik bungsunya itu sangat memikirkan perasaannya. Walau Cao Hua tidak mengatakan hal itu, tapi dari sudut matanya yang jernih, permaisuri Xianmu bisa merasakan sebuah kekhawatiran. Dengan lembut permaisuri Xianmu kemudian berkata, “Aku mengerti bagaimana perasaanmu. Kau melakukan hal yang benar. Kau tidak perlu khawatir akan perasaanku. Ini memang suatu konsekuensi yang harus dipikul oleh seorang permaisuri.”
*/
Di lain sisi, di pegunungan Lan Ling, kaisar Xian masih menunggu di pintu gerbang perguruan Baiduk. Si Zhui yang sedari awal merasa perlakuan salah satu murid perguruan Baiduk itu kurang sopan mulai kehilangan kesabarannya. Wajah Si Zhui yang mulanya setenang air kolam, kini mulai berubah seperti ombak yang mulai menerpa.
Si Zhui mengambil langkah yang menunjukkan ketidaksabarannya, “Murid itu, Yang Mulia Kaisar lebih baik kita….”
Belum selesai perkataan abdi kepercayaan kaisar Xian itu, suara pria tua memotong ucapan Si Zhui dengan lantangnya, “Aiya, Kaisar Xian. Maafkan aku, maafkan orangtua ini yang membuatmu menunggu.”
Lelaki tua berambut putih yang tidak lain adalah Si Zhun itu segera berlutut di hadapan kaisar Xian. Wajahnya yang penuh keriput tidak berani memndang wajah kaisar yang tampan, kedua telapak tangannya bertemu seolah bergesekan dengan mulut tuanya terus berkomat kamit meminta ampunan sang kaisar. Sementara itu, kaisar Xian yang terbawa suasana juga tidak akan melewatkan kesempatan langka ini. Kaisar Xian mengikuti alur permainan dan mulai berakting.
Kaisar Xian berdehem, matanya elangnya memancarkan kelicikan, “Ehm, Aiyo Si Zhun…kau mulai mempermainkan aku yah? Kau membiarkan kaisar negeri ini menunggumu hampir setengah hari. Ini adalah kejahatan berat, maka aku akan menghukummu.”
Si Zhun Li, “Kaisar, bunuhlah aku. Aku bersalah, Si Zhun Mu ini sangatlah berdosa. Hamba bahkan tidak bisa mengajarkan hal yang baik kepada murid-murid hamba. Hukumlah orangtua ini.”
Kaisar Xian melangkah mendekati Si Zhun nya, dia tidak bisa menahan tawa lebih lama lagi. Sang kaisar tampan nyaris gila karena menahan tawa, hingga akhirnya suara tawanya bergema di sepanjang pintu masuk perguruan Baiduk, “Ahahahhaha, Si Zhun, kau adalah orangtua paling menggemaskan. Aiya, bangunlah, mana mungkin muridmu ini menghukum Si Zhun kesayangannya. Ayo bangun.”
Kaisar Xian membungkuk dan membantu orangtua berambut putih itu untuk bangkit, sementara Si Zhun Li masih merasa tidak percaya, “Aiya kaisar, anda hampir membuat jantung orangtua ini berhenti berdetak.”
Kaisar Xian menggenggam tangan Si Zhunnya, “Sebagai hukumannya, aku mau Si Zhun membuatkanku kudapan kue osmanthus untukku.”
Kudapan asli China ini adalah kudapan favorit sang kaisar, ibundanya yang tidak lain adalah permaisuri Linghuai selalu membuatkannya untuk kaisar Xian kecil. Semenjak kepergian sang ibunda, Si Zhun Li lah yang membuatkannya untuk kaisar Xian. Si Zhun Li yang menguasai teknik bela diri dan kultivasi rela belajar memasak untuk kaisar Xian kecil. Kesedihan dan kerinduan kaisar Xian kecil terhadap ibundanya membuat sang Si Zhun prihatin dan berusaha mengobati kerinduan itu. Alhasil, Si Zhun Li berhasil membuat kue osmanthus untuk kaisar Xian kecil. Bahkan hingga dewasa pun, sang kaisar masih menyukai kue tradisional yang berbahan utama bunga osmanthus dan beras ketan itu.
Kembali ke niat awal sang kaisar menemui Si Zhunnya itu, tidak lain da tidak bukan adlaah untuk meminta saran perihal pengangkatan selir kekaisaran pertamanya itu. Di sebuah teras paviliun keduanya duduk sembari mengamati murid murid perguruan Baiduk yang tengah berlatih, dua gelas tea dan satu teko yang terbuat dari tanah liat berada ditengah tengah mereka. Aroma teh bunga osmanthus yang lembut berpadu dengan aroma manis kue bunga osmantus yang terbawa angin sepoi sepoi membuat suasana kian sempurna.
Tangan keriput Si Zhun Li menggapai teko kecil, “Jadi apa maksud kedatangan Yang Mulia ke perguruan reot ini?”
Tangan kencang Kaisar Xian mengambil alih teko kecil itu, dengan lihai kaisar Xian menuangkan teh bunga Osmanthus itu kedalam gelas kecil yang ada di depan sang Si Zhun, “Aku merindukan Si Zhun. Tapi selain itu aku mau meminta saran dari Si Zhun.”
Layaknya orangtua, kaisar Xian menceritakan segala keluh kesahnya pada sang guru. Kehilangan orangtua sejak masi kecil, membuat kaisar Xian bergantung pada Si Zhun Li. Selain mendiang kaisar Liu Shuo, Si Zhun Li adalah orang yang dianggap sebagai penatua oleh kaisar Xian.
Si Zhun Li mengambil gelas berisi teh yang masih beruap itu, tangannya sedikit gemetaran, “Saya mengerti kekhawatiran Yang Mulia. Memilih selir pada awalnya adalah hal yang biasa bagi seorang kaisar, tapi ingatlah bahwa wanita adalah kelemahan dari seorang laki laki. Wanita bisa saja menjadi boomerang bagi laki laki dan wanita pula adalah senjata terkuat untuk mengalahkan laki laki.”
Kaisar Xian tertegun, “Maksud Si Zhun…”
Si Zhun, “Kaisar benar, maksud pemilihan selir yang diusulkan oleh fraksi barat dan timur tidak lain adalah taktik belaka. Fraksi timur berusaha untuk mengambil tempat di istana, sedangkan fraksi barat berusaha untuk memperkuat posisinya. Yang Mulia, anda adalah seseorang yang cerdas, aku mengenali kaisar sejak kaisar masih bayi, jadi aku percaya pada anda. Sebagai Si Zhun, aku hanya akan berdoa agar langit selalu melindungimu dan juga satu hal lagi…”
Wajah kaisar Xian semakin serius, “Apa itu Si Zhun?”
Si Zhun Li menatap wajah tampan muridnya itu sembari berkata, “Cintai dan jagalah permaisuri Xianmu. Dia adalah hadiah yang dikirimkan lagit untukmu.”
Ucapan Si Zhun yang terakhir itu mengandung arti lain. Kaisar Xian sangat memahami teka-teki dibalik ucapan Si Zhunnya itu. Mencintai permaisuri adalah sesuatu yang tidak perlu lagi untuk di ingatkan, bagaimana pun permaisuri Xianmu adalah belahan jiwa kaisar Xian. Sebaliknya, menjaga permaisuri adalah dua kata yang memiliki artian ganda dibenak kaisar Xian. Sebagai kaisar dan suami permaisuri Xianmu, maka tentu saja ia akan menjaga dan melindungi sang permaisuri. Tapi makna kedua tentu saja berbeda, kaisar Xian dimaksudkan untuk ekstra melindungi permaisuri Xianmu ketika ia sudah memeliki selir. Pertikaian wanita di istana karena perebutan posisi akan sangat menyeramkan. Kedudukan permaisuri Xianmu sebagai ibu negara tidak menjamin kesalamatannya. Istana adalah tempat yang sangat mengerikan, dan kaisar Xian mengetahui hal itu dengan baik.
Para selir mungkin saja terlihat cukup puas dengan kedudukannya, tapi itu hanyalah dusta belaka. Duduk di singgasana phoenix dan tinggal di istana Fenghuang adalah impian semua wanita di negara ini, bagaiamana mungkin seorang selir yang tinggal di istana bisa melupakan mimpi ini? Mustahil!