Kejahatan Selir (Bag.2)

1620 Kata
“Ayah sudah tau kau pasti akan membuat pilihan yang tepat. Ayah mengerti kau tidak perlu takut sekarang, semuanya akan terkendali.” Cao Cao berkata seolah semuanya akan mudah. Dan dengan tenang ia menyuruh Cao Hua untuk kembali ke paviliunnya. Tidak ada sedikitpun penyesalan yang muncul di hati Cao Hua ketika ia berjalan menuju paviliunnya. Ganasnya medan perang yang pernah ia lalui telah membuat hatinya keras. Membunuh bukanlah hal yang baru untuknya, hanya sekarang medan perang yang dulu kental dengan pedang dan bau darah yang amis, kini telah berganti menjadi istana yang mewah. Di istana mewah ini, sekali lagi Cao Hua akan bertarung, bukan melawan orang lain tapi melawan kakaknya sendiri yang kini telah menjadi musuhnya. Waktu terus berlalu, permaisuri Xianmu masih menunggu Cao Hua untuk memberikannya sebuah keputusan. Tapi karena beberapa waktu belakangan ini permaisuri Xianmu disibukkan dengan masalah internal di istana dalam, jadi ia tidak punya waktu untuk menyinggung kembali masalah Cao Hua. Hingga musim dingin tiba, dan kandungan permaisuri Xianmu sudah memasuki bulan ketiga pun, Cao Hua masih enggan memberikan jawabannya pada permaisuri Xianmu. Sementara itu, kesehatan janda permaisuri agung yang menurun membuat permaisuri Xianmu semakin melupakan dosa yang telah di perbuat oleh adiknya itu. Setiap hari, permaisuri harus bolak balik ke istana nenek kekaisaran untuk merawat wanita tua itu. Tapi hari ini permaisuri Xianmu tidak akan membiarkan Cao Hua lari dari dirinya lagi, sudah satu bulan sejak masalah ini berlalu dan permaisuri Xianmu sudah cukup bersabar pada adiknya itu. “Aku akan ke paviliun Bingxue.” Permaisuri Xianmu memerintahkan Mian Mian untuk menemaninya. Cao Hua tidak menyangka kalau kakaknya akan datang menemuinya secara tiba-tiba, ia bahkan belum mempersiapakan apa-apa. Tapi dengan ketenangan yang cukup, Cao Hua menyambut permaisuri Xianmu dengan baik. “Salam yang mulia permaisuri.” Cao Hua memberi hormat pada permaisuri. “Tinggalkan kami berdua.” Permaisuri Xianmu berbicara setelah ia dengan anggun duduk di sebuah kursi. Cao Hua tidak mengatakan apa-apa dan hanya menunggu kakaknya untuk berbicara terlebih dahulu. Tapi permaisuri Xianmu juga hanya diam dan melirik ke arah Cao Hua. Melihat kakaknya tidak akan memulai, Cao Hua dengan hati-hati membuka mulutnya, “Entah apa yang membuat yang mulia permaisuri datang ke paviliun Bingxue.” Mendengar ucapan konyol adiknya itu, permaisuri Xianmu tersenyum dingin. Ia merasa Cao Hua masih akan memasang wajah tebalnya dan berniat bermain bodoh, tapi energy permaisuri sudah terkuras habis untuk menangani masalah istana dalam dan janda permaisuri agung. Jadi tanpa bertele-tele lagi, permaisuri berbicara dengan lembut, “Xiao Hua, ini sudah sebulan dan kau masih belum memberikanku jawaban.” Cao Hua terdiam begitu kakaknya berbicara, ia kembali mengingat bagaimana sebulan yang lalu permaisuri Xianmu menawarkannya opsi untuk mengakui dosanya di depan kaisar dan meminta kaisar melepaskan gelar selirnya. Hanya dengan mengingat hal itu, wajah Cao Hua menjadi lebih dingin. Tapi sebelum ia menjawab ucapan permaisuri Xianmu itu, Cao Hua terlebih dahulu mual-mual. Cao Hua berdiri dan terus memegangi perutnya, melihat hal ini permaisuri Xianmu tidak bisa tidak khawatir. Maka ia memanggil Mian Mian dan menyuruhnya untuk memanggil tabib. Begitu Mian Mian akan keluar dan melewati ambang pintu, permaisuri Xianmu kembali berbicara, “Tidak! Jangan panggil tabib, tunggu.” Yianrang yang melihat majikannya terus mual-mual dan memegangi perutnya dengan berani berlutut dan berbicara pada permaisuri, “Ampuni b***k ini yang mulia, tapi jika kita membiarkan yang mulia selir seperti ini, hamba takut…” Belum selesai Yianrang berbicara tapi permaisuri sudah membungkamnya dan berkata, “Hal ini tidak boleh di ketahui oleh siapa pun. Bawa selir Hua ke tempat tidurnya. Mian Mian tutup pintu.” Dalam ruangan pribadi selir Hua itu sekarang hanya ada permaisuri Xianmu, Yianrang, dan Mian Mian. Permaisuri Xianmu dengan hati-hati duduk di ranjang selir Hua dan berkata, “Sejak kapan kau mual-mual seperti ini?” Cao Hua masih diam dan tidak mau menjawab. Permaisuri Xianmu kemudian mengalihkan pandangannya pada Yianrang, “Kalau kau juga memilih bungkam. Aku akan memastikanmu untuk tidak melihat matahari besok.” Yianrang hanya bisa bersujud dan memohon belas kasihan pada permaisuri. Melihat tindakan Yianrang ini, permaisuri Xianmu sudah mendapatkan jawabannya. Walau ia bukan seorang tabib dengan keahlian medis, tapi pengetahuan dan pengalamannya tentang kehamilan sudah melekat di otak kecilnya. Permaisuri Xianmu juga seorang wanita yang kini mengandung, ia takut kalau Cao Hua juga kini tengah hamil. Dengan tatapan tegas, permaisuri Xianmu menarik lengan Cao Hua dan mencengkramnya dengan penuh kekuatan, “Ini bukanlah hal yang bisa kau tunda lagi. Sekarang bukan hanya kau dan Xue Yang ada dalam bahaya. Tapi nyawa bayi ini mungkin akan berada dalam bahaya juga.” Suara permaisuri Xianmu begitu kecil ketika ia mengatakan hal ini. Dan Cao Hua mulai gemetaran ketika ia ketakutan menatap mata kakaknya itu. Cao Hua tidak mengatakan apa-apa sejak ia menunjukkan tanda kehamilanya itu pada permaisuri Xianmu. Melihat adiknya tidak bereaksi, permaisuri Xianmu berinisiatif untuk membuat Cao Hua membuka mulutnya, “Aku tidak bisa membiarkanmu lebih lama lagi menutupi kebohongan ini. Aku akan mengatakannya pada kaisar.” Ini hanyalah taktik permaisuri Xianmu untuk menakut-nakuti adiknya dan berharap Cao Hua mau mengakui kesalahannya. Permaisuri Xianmu kemudian melepaskan cengkeramannya di lengan Cao Hua dan berdiri untuk pergi, tapi secara tiba-tiba Cao Hua meraung dengan putus asa, “Apa kakak tidak bisa membiarkan kaisar mengakuiku dan anak ini? Sejatinya jika kakak mau membujuk kaisar untuk bermalam di paviliun Bingxue maka ini tidak akan menjadi masalah. Apakah sesulit itu untuk membantu adikmu ini!!” Mendengar pembelaan tidak tau mau yang keluar dari mulut adiknya itu, permaisuri Xianmu berbalik dan langsung menampar Cao Hua. Tamparan itu begitu keras sehingga Cao Hua terhempas di tempat tidur, darah mengalir dari sudut bibirnya yang tipis. Bagi permaisuri Xianmu, menampar Cao Hua untuk pertama kalinya sama dengan menampar dirinya sendiri. Hatinya sakit ketika ia menampar adik kesayangannya itu, tapi permaisuri takut jika rasa sakit itu tidak akan sebanding dengan rasa sakit yang akan ia dapatkan kelak karena berani mengkhianati kaisar. “Waktumu benar-benar sudah menipis Cao Hua. Aku hanya akan memberimu waktu selama satu minggu. Setelah itu, aku benar-benar tidak akan bisa lagi membantumu.” Permaisuri Xianmu berbicara dengan lembut, tapi dibalik kelembutan nada bicaranya itu ada bilah es tajam yang menembus jantung Cao Hua. Sementara itu di aula kekaisaran, para pejabat tengah berkumpul dengan hati yang penuh keresahan. Pertemuan yang mengumpulkan para pejabat tinggi istana biasanya akan membahas sesuatu yang penting. Suara para pejabat yang berbisik dan mendiskusikan agenda apa yang akan kaisar bawa dalam rapat kali ini menyeruak di seluruh aula. Hingga ketika kasim Li mengumumkan kaisar telah memasuki aula, suara para pejabat akhirnya hilang. Aula kembali menjadi hening, aura dingin menyelimuti kaisar Xian yang datang bersama Si Zhui. “Salam yang mulia.” Para pejabat dari fraksi barat dan timur kompak memberi hormat Sembilan puluh derajat pada kaisar. “Semuanya berdiri.” Suara kaisar Xian terdengan tegas tapi dingin. Ada aura kesombongan dari balik suara itu, sepertinya suasan hati kaisar Xian tidak begitu baik hari ini. “Apa kalian tau alasan aku mengumpulkan kalian semua di sini?” Kaisar Xian membuka pembicaraan dengan suara agak ceria tapi dingin. Senyuman dingin terpancar dari wajah tampannya dan para pejabat yang melihat ini tidak bisa tidak mengeluarkan keringat dingin. “Kami tidak tau kaisar.” Salah seorang pejabat dari fraksi timur dengan berani menjawab. Kaisar Xian tertawa dingin ketika ia mendengar jawaban menyedihkan pejabat itu. Lalu dengan suara rendah kaisar Xian memberikan instruksi pada kasim Li, “Bacakan dekrit itu.” Kasim Li mengagguk sebelum akhirnya dengan sopan membuka gulungan sutra yang berisi dekrit kekaisaran. Hingga kemudian, suara tua kasim Li bergema di seluruh aula, “Berdasarkan mandate surga, dengan ini kaisar Xian menentukan pejabat Cao Ying bersalah karena berusaha menutupi kasus korupsi yang membuat rakyat menderita. Oleh karena itu, pejabat Cao Ying akan di copot dari jabatannya dan di jatuhi hukuman pengasingan. Selain itu, masalah ini akan terus di selediki hingga saat ini.” Para pejabat utamanya pejabat fraksi barat langsung lemah ketika mereka mendengar dekrit kasiar itu. Cao Ying adalah kerabat dari Cao Cao dan Cao Pi, selain itu Cao Ying juga berasal dari fraksi barat. Mengingat hal ini bisa membawa dampak buruk pada fraksi barat, semua pejabat fraksi barat menatap Cao Cao dengan tatapan kecewa dan berharap ia menangani masalah ini. Tapi wajah senang di tunjukkan oleh pimpinan fraksi timur, tuan Fu. Para anggota fraksi timur merasa senang atas kemalangan yang di peroleh oleh fraksi saingan mereka. Suara bergemuruh dan bisikan dari pejabat sekali lagi bergemuruh di seluruh aula. Tapi sekali lagi, kasim Li berbicara, “Semuanya tenang!” Mendenga suara kasim Li sekali lagi, aula kembali hening. Dan gulungan sutra kedua yang berada di genggaman kasim Li kembali terbuka begitu kaisar Xian mengangguk sekali ke arah kasim Li. “Lan Si Zhui, silahkan maju untuk menerima dekrit.” Suara kasim Li penuh wibawa. Sementara itu wajah Si Zhui yang sedari tadi tenang tiba-tiba menegang, ia hanya memandangi kaisar Xian. Tapi kaisar Xian hanya tersenyum padanya dan mengangguk seraya menyuruhnya untuk mematuhi ucapan kasim Li itu. Tanpa banyak bicara, Si Zhui maju di tengah-tengah aula dan berlutut, “Lan Si Zhui siap menerima dekrit kaisar.” Kasim Li segera melanjutkan untuk membacakan dekrit kaisar, “Berdasarkan mandat surga, dengan ini kaisar Xian menganugerahi Lan Si Zhui jabatan sebagai kepala perdana menteri kiri dan berkuasa penuh atas pasukan militer istana. Selain itu, kasus kematian mendiang kaisar Liu Bian akan di buka kembali. Dan dengan ini, kaisar Xian menunjuk perdana menteri kiri, Lan Si Zhui sebagai kepala penyidik kasus korupsi pajabat dan kasus kematian mendiang kaisar Liu Bian.” Si Zhui sekali lagi menatap kaisar Xian, tapi kaisar Xian kembali melemparkan senyumannya sebelum akhirnya mengangguk. Si Zhu kemudian dengan bersungguh-sunguh berkata, “Lan Si Zhui menerima dekrit kaisar dan berjanji akan menjalankan tugas ini dengan sepenuh hati.” Wajah para pejabat kini semakin pucat, apalagi anggota fraksi barat. Dengan adanya penyelidikian kasus korupsi saja sudah membuat mereka merinding, dan kali ini kasus kematian kaisar Liu Bian juga akan di gali lebih lanjut, mungkin dengan dua hal ini para pejabat yang terlibat tidak akan pernah bisa tidur nyenyak.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN