Ciuman Hakim semakin dalam. Lidahnya menyusuri mulut Zivanna dengan ritme yang sabar namun menuntut, membuat napas sang istri tersengal dalam irama yang tak lagi ia pahami. Jemari Hakim yang panas menyusup di balik gaunnya, membuka satu per satu kancing tersembunyi seolah setiap lipatan kain adalah penghalang antara dirinya dan keinginan terliarnya. Zivanna menggigil, bukan karena dingin, tapi karena sesuatu yang meletup dari dalam perutnya, menjalar naik ke d**a dan membakar pipinya. Lehernya menjadi sasaran berikutnya. Hakim mendaratkan kecupan-kecupan panjang di sana, membiarkan napasnya menyentuh kulit Zivanna yang mulai basah oleh keringat halus. "Mmhh… Hakim…" desah Zivanna tak sadar, sementara tubuhnya melengkung mencari lebih banyak sentuhan. Gaunnya akhirnya terlepas seluruhnya