“Yakin nggak mau cek USG jenis kelamin lagi? Cuma sekali loh waktu itu,” suara Hakim rendah, berbisik di dekat telinga istrinya. Ia masih memeluk Zivanna erat di atas ranjang, tubuhnya hangat bagai benteng kokoh yang tak ingin dilepas. Zivanna menggeleng kecil, ujung hidungnya menyentuh d**a bidang sang suami. “Aku sudah cukup tahu itu perempuan. Yang penting sehat, Mas. Itu lebih dari cukup buat aku.” Hakim menatapnya lama, jemarinya membelai surai hitam istrinya. “Saya rencananya akan ambil cuti seminggu sebelum… apa itu istilahnya…” “HPL, Mas. Hari Perkiraan Lahir,” potong Zivanna sambil terkikik. “Nah, itu,” Hakim mengangguk mantap. “Saya nggak mau jauh darimu saat waktunya tiba.” Mata Zivanna berbinar, senyum lembut mengembang. “Aku seneng banget, Mas. Rasanya lega kalau kamu ada