Entahlah, Zivanna tidak bisa berpikir logis. Mana suami yang sesungguhnya ia dambakan? Siapa yang benar-benar mengisi ruang di hatinya? Semua itu mendadak kabur seperti kabut tipis yang hilang ditelan embusan hangat dari napas pria di atasnya. Yang ia tahu sekarang hanyalah tubuhnya… tubuh yang lapar akan rasa, tubuh yang dibakar oleh getaran asing namun memabukkan. Ia hanya ingin menikmati, hanya ingin memberi makan naluri terdalamnya dengan kenikmatan yang selama ini tak pernah ia bayangkan akan seperti ini rasanya. Ternyata begini… begini rasanya ketika Hakim tidak berhenti menggerakkan tubuhnya, masuk dan keluar dari dirinya dalam irama mantap dan penuh kuasa. Posisi pria itu di atas, tubuhnya menindih, membungkusnya dengan kehangatan, membuat Zivanna tak bisa ke mana pun kecuali pas