Cinta dan Karunia

2286 Kata

“Terus? Kenapa katanya Pak Ardanta harus pergi, Mas? Kamu tahu sesuatu nggak?” suara Zivanna memecah kesunyian mobil. Ia menoleh pada suaminya yang sedang fokus di balik kemudi. Dari kaca spion belakang, terlihat mobil kedua yang mengikuti, berisi dua bodyguard yang mengikuti. Hakim tak segera menjawab. Tatapannya lurus ke jalan, tangannya mantap menggenggam kemudi. Baru beberapa detik kemudian, ia berkata dengan nada tenang, “Saya tidak tahu detailnya, Zivanna. Ardanta hanya mengatakan pada saya bahwa ia sudah menyerahkan surat pengunduran diri dari TNI Angkatan Laut.” Zivanna membelalak. “Apa? Mundur? Kok bisa? Kenapa? Bukannya Pak Ardanta itu punya karier bagus banget? Pangkatnya kolonel! Itu kan bukan sesuatu yang gampang diraih. Kok malah mundur? Apa dia ketahuan, Mas? Bagian dari k

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN