Cumbuan sang Kolonel

1731 Kata

Malam semakin dingin, membuat Zivanna semakin nyaman dan memeluk sosok tersebut. Wangi maskulin samar terhirup dari balik kulit hangat yang menyambutnya dengan kehangatan tak tertandingi. Pipinya refleks menggesek d**a bidang itu, terasa keras, hangat, dan liat seperti pahatan batu mahal yang dipanaskan cahaya perapian. Dan dalam setengah kantuknya, Zivanna sempat bertanya lirih dalam benaknya, "Sejak kapan gulingku senyaman ini?" Ia membuka mata perlahan. Seketika pupilnya melebar. Tepat di hadapannya d**a telanjang milik Hakim Rajani Jagatara. Kulit sawo matang yang padat, otot dadanya naik-turun tenang, seirama dengan deru napasnya yang dalam dan dalam sekali. Ada bekas luka samar di sisi kiri, terpatri seperti kenangan peperangan yang tak sempat diceritakan. Zivanna menahan napas, m

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN