Jilid II - 3: Awan Mendung

1607 Kata

"Seneng, ya, lo udah nguras dompet gue?" Mendengarnya, Ainara tersenyum. Dia lanjut makan jauh lebih lahap. Serius, nafsu makannya meningkat dua kali lipat di setelah minggu-minggu kemarin dia digempur morning sickness. "Lo datang di waktu yang tepat," balasnya. Menunjuk-nunjuk makanan di piring yang sisa seperempat dari setengah. "Yang gratisan emang selalu enak. Duh, sering-sering, ya, nantangin gue, sering-sering kalah juga, hari ini perut gue merdeka! Thanks, Vin." Sambil mengusap perutnya, Ainara lanjutkan acara makannya. Ah, pulang nanti dia nggak usah makan lagi. Arvino sudah berhasil membuatnya kenyang bahkan di saat jam belum genap melewati angka dua belas siang. Lelaki yang akrab disebut Vino itu mencibir. Lalu menyesap es kopinya, sedang tatap tak lepas dari wajah Ainara.

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN