Melenguh, Rana menggeliat pelan, mengerjap dan mendusel-nduselkan kepala ke bantal dengan posisi tidur menyamping, tetapi perut hamilnya tetap aman. Tentu, dalam rangka rebahan, bangun pagi Rana selalu menghadap Alam. Pun, lelaki itu juga sama, menghadapnya. Di mana kini lengan Alam terulur meraih pinggang istrinya. Membuat Rana terjaga dan berkata, "Mas udah bangun, ya?" Vokal serak khas bangun tidurnya menerobos gendang telinga Alam Semesta. Tanpa membuka kelopaknya, Alam menyahut, "Hm ...." Sebuah gumaman saja. Beda dengan Rana yang benar-benar selesai dengan tidurnya. Dia pun mencari-cari keberadaan jam dinding dengan tatapnya, gerak tubuh yang Rana cipta membuat Alam kian merapatkan diri, memerangkap, seolah Rana tak boleh se-inci pun menjauh darinya. "Udah jam lima, Mas." "Se