Basah. Napas Awan berlarian, dia persis ngos-ngosan, mulutnya agak terbuka, keringat berjatuhan, d**a Awan pun kembang-kempis, sedang kepalanya menunduk ke bawah. Melihat .... Oh! Fantastis. Awan elus-elus rambut Nara kemudian. Yang dielus mendongak, memicing sebal. "Aku, kan, bilang jangan cepet-cepet!" "Enak yang faster, Ai." Astagfirullah! Nara cubut saja bulu kaki Awan, membuat sang empu teriak kesakitan. "Argh!" Asli, sakit banget. Awan usap-usap kakinya, Nara pun menyusul duduk di bangku sebelelah Awan. Bangku teras di rumah Papa Sakha. Sedang mulanya Nara selonjoran di lantai, habis lari pagi, tak benar-benar berlari. Hanya Awan saja yang lari dan capek sendiri. Di mana tadi pagi, sebelum ini, tentunya Nara menolak mandi bareng suami. Hingga Awan mengajak joging di sebelu